Quarterly Bulletin
BULLETIN Q4 2023
Sekapur Sirih
Salam sehat dan sejahtera bagi kita semua,
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha kuasa, tak terasa kita telah memasuki kwartal akhir di tahun 2023. Perlu kami sampaikan bahwa pada kwartal ke-3 Agrodana Futures telah melakukan kerjasama dengan beberapa universitas yaitu Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Katolik Widya Karya (Malang) dan Universitas Kristen Petra (Surabaya). Ini semata-mata untuk mengedukasi para mahasiswa serta kolaborasi antara teori dan praktik dalam hubungannya dengan instrumen keuangan yang tersedia di industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK).
Agrodana Futures saat ini juga sudah menyediakan produk CFD Single Stock untuk pasar Amerika Serikat sehingga investor yang ingin menangkap peluang kenaikan harga saham perusahaan di AS bisa bertransaksi di Agrodana. Dengan tambahan produk baru ini, investor mempunyai banyak pilihan investasi selain forex, index saham dan komoditi lainnya. Akhir kata semoga industri PBK bisa terus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Amin.
Salam,
Laurentius Gunawan
Direktur Utama
Daftar Isi
02
Economic Slowdown Ahead
06
USDJPY - Dollar Yen
08
NZDUSD - Kiwi Dollar
10
“Leading” & “Lagging” Indikator Teknikal
11
Trading Fundamental dengan Data Ekonomi
14
Jenis-jenis Sistem Trading
15
Kelebihan CFD Saham Individu
HOT TOPIC Q4 2023
ECONOMIC SLOWDOWN AHEAD
Paruh pertama 2023, kinerja ekonomi global melampaui ekspektasi setelah pulih dari pandemik yang terjadi di tahun sebelumnya. Program kerja dan stimulus ekonomi untuk mempercepat pemulihan terus digencarkan pemerintah dan membuat pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan. Langkah moneter bank sentral yang agresif menaikkan suku bunga acuan berturut-turut membuat angka inflasi turun tajam. Memasuki paruh kedua di bulan Juli hingga Agustus aktifitas ekonomi mulai melambat dengan sejumlah data ekonomi meski naik namun dibawah ekspektasi. Deflasi di China, kontraksi aktifitas ekonomi di Uni Eropa dan Inggris serta konflik geopolitik di Ukraina yang tidak dapat segera terselesaikan membuat prospek ekonomi global semakin memburuk. Pelambatan ekonomi di negara maju diperkirakan belum mencapai puncaknya dengan sejumlah negara kemungkinan besar akan mengalami resesi setidaknya resesi ringan.
AS diperkirakan akan mengalami resesi ringan pada paruh pertama tahun 2024. Uni Eropa juga terus mengalami penurunan fundamental ekonomi. Di Inggris yang sudah sejak awal tahun mengumumkan mengalami resesi belum akan terbebas dalam waktu dekat dan kondisi ini menjadi pemicu pelambatan ekonomi secara global. Alasan utama dari perlambatan yang terlihat baru-baru ini di sebagian besar negara maju adalah berkurangnya aktifitas ekonomi di sektor jasa. Seperti diketahui sektor jasa menyumbang 3/4 dari seluruh aktifitas ekonomi secara umum. berakhirnya stimulus berupa dana bantuan berangsur semakin habis dan upah kerja yang meningkat dialihkan menjadi tabungan dengan tingginya suku bunga bank saat ini menjadi penyebab lemahnya sektor jasa.
Inflasi dan suku bunga yang tinggi menyebabkan turunnya aktifitas ekonomi dari sektor manufaktur ke sektor jasa. Termasuk di sektor tenaga kerja yang mulai memberikan sinyal tanda-tanda penurunan. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 diperkirakan di angka 3.0% dan 2.7% di tahun 2024 mendatang.
Hal tersebut sejalan dengan survey yang dilakukan oleh World Economic Forum terhadap sejumlah chief economists dari institusi keuangan baik swasta maupun pemerintah. 61% responden setuju ekonomi global akan semakin menurun dalam 12 bulan mendatang. Mayoritas pakar ekonomi tersebut (86%) optimis inflasi akan semakin terkendali. Namun dapat berbalik arah jika kembali terjadi gejolak geopolitik dan faktor politik dalam negeri.
90% pakar ekonomi meyakini gejolak geopolitik akan membuat volatilitas ekonomi di tahun mendatang dan 79% responden meyakini faktor politik dalam negeri akan membuat hal yang sama terkait dengan pemilu di AS tahun 2024 nanti. Hampir 3/4 responden (74%) berpendapat bahwa ketegangan geopolitik akan menghambat kemajuan menuju target pembangunan global dalam tiga tahun ke depan, sementara 59% memperkirakan bahwa kondisi keuangan yang lebih ketat akan memberikan dampak yang sama.
Secara regional Asia dipandang memiliki prospek pertumbuhan terkuat di mana 97% responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuat dan moderat tahun ini. Atau naik dari 36% dalam perkiraan sebelumnya. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi di China telah merosot dari 97% pada periode sebelumnya menjadi hanya 54% pada sisa tahun 2023 ini.
Dan tidak ada perubahan pada tahun 2024. Hal ini dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi baru-baru ini dan juga prospek sektor properti yang cenderung negatif. Sedangkan prospek ekonomi di AS terus meningkat pesat dari 50% menjadi 80% responden yang disurvei memperkirakan pertumbuhan yang kuat di tahun ini dan pertumbuhan yang moderat di tahun depan. Sementara di Eropa diperkirakan akan menghadapi pertumbuhan yang lemah atau sangat lemah tahun ini, menurut 77% dari mereka yang disurvei. Namun gambaran tersebut berubah secara signifikan untuk tahun 2024, dengan hanya 41% yang memperkirakan pertumbuhan yang lemah pada saat itu.
Inflasi dan tekanan suku bunga mereda
Sejalan dengan kebijakan moneter dari bank sentral yang ketat sejak tahun yang lalu angka inflasi semakin menurun walaupun masih diatas target di sejumlah negara. Kebijakan moneter yang dapat dikatakan sukses ini mulai memicu perdebatan mengenai akhir dari pengetatan dan beralih pada pelonggaran yang mulai ramai menjadi topik pembicaraan sejak awal 2023 ini. Karena kekhawatiran tingginya suku bunga acuan akan berdampak negatif pada stabilitas perbankan dan pertumbuhan global.
Selain itu dampak tersebut juga dirasakan oleh pebisnis dan rumah tangga. Pinjaman perbankan mengalami penurunan 50% pada kuartal kedua tahun ini menurut survey dari Federal Reserve. Bank Sentral Eropa (ECB) juga melaporkan hal serupa terjadi di Uni Eropa dengan penurunan pinjaman pada hampir 1/4 bank yang ada disana.
Efek domino ini akan berpengaruh pada penurunan angka GDP hingga 1%. Akhir-akhir ini angka inflasi tersebut kembali berpotensi naik seiring dengan naiknya harga minyak mentah dunia yang kembali melonjak setelah OPEC+ dan Rusia sepakat untuk membatasi produksi. Jika inflasi kembali naik maka dipastikan bank sentral akan kembali menjalankan kebijakan moneter yang ketat lebih lanjut atau setidaknya mempertahankan suku bunga acuan tinggi saat ini untuk waktu yang lebih lama.
Perihal prospek inflasi, 86% pakar ekonomi meyakini bahwa lonjakan inflasi terburuk akan segera berakhir dalam jangka waktu setahun ke depan. Dari hasil survey yang sama 54% pakar ekonomi memperkirakan laju inflasi di AS akan moderat dan semakin menurun. Sedangkan di Eropa 70% responden masih meyakini inflasi masih akan tetap tinggi dan berpotensi kembali naik. Berbeda halnya di China yang mengalami deflasi saat ini dengan 81% pakar ekonomi mengantisipasi laju inflasi yang rendah dan sangat rendah. Kekhawatiran akan ancaman resesi memang masih ada seiring dengan dunia yang sedang bergulat dengan tantangan politik dan keuangan. Namun optimisme tetap ada dengan ekspektasi resesi akan dapat mempercepat turunnya inflasi. Diharapkan hanya berupa resesi ringan dan tidak berlangsung lama. Prospek ekonomi global dapat digambarkan sebagai berikut.
Situasi menjadi lebih suram di 20 negara yang menggunakan mata uang euro dan lebih terekspos pada kenaikan harga energi. IMF menurunkan pertumbuhan zona euro menjadi 0,7% tahun 2023 dan 1,2% pada tahun 2024 ini. IMF juga memperkirakan ekonomi Jerman akan menyusut 0,5% tahun 2023 sebelum pulih ke pertumbuhan 0,9% tahun ini. Perekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia diperkirakan akan tumbuh 5% tahun 2023 dan 4,2% di tahun 2024 ini keduanya merupakan downgrade dari perkiraan IMF di awal paruh kedua tahun lalu. Ekonomi China diharapkan akan bangkit kembali seiring dengan upaya untuk mengatasi masalah di sektor properti yang sedang mengalami kesulitan likuiditas.
IMF juga menyatakan kekhawatirannya akan negara-negara di dunia sedang sibuk masuk ke dalam blok-blok geopolitik akan dapat berpotensi membatasi perdagangan internasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Sebagai contoh AS dan sekutu-sekutunya telah menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. Dan juga terhadap China dalam upaya untuk tidak terlalu bergantung pada impor seiring dengan meningkatnya ketegangan dengan Beijing. IMF mencatat bahwa tahun lalu negara-negara memberlakukan hampir 3.000 pembatasan baru dalam perdagangan atau naik 3x lipat dari tahun 2019 yang kurang dari 1.000 pembatasan. IMF melihat perdagangan internasional tumbuh hanya 0,9% tahun 2023 dan akan naik menjadi 3,5% pada tahun 2024 ini, turun tajam dari rata-rata tahunan di tahun 2000 hingga 2019 sebesar 4,9%. Dengan pelambatan yang sudah diperkirakan, bank sentral dapat mengukur langkah moneter bank sentral yang akan diambil untuk memastikan ekonomi global tidak akan mengalami resesi seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Federal Reserve dan bank sentral lainnya akan memangkas suku bunga acuan secara bertahap yang tidak sebanyak dan setajam kenaikan sebelumnya.
TOP TRADE PICKS Q4 2023
Menanti BOJ “Exit Plan”, USDJPY Dekati High 2022
Yen Jepang terus lanjutkan pelemahan bahkan sampai keputusan BOJ terakhir pun belum ada pertanda pembuat kebijakan akan bertindak untuk menangani pelemahan. Perbedaan suku bunga antara Federal Reserve dan Bank of Japan (BOJ) adalah salah satu pemicunya selain tentunya kebijakan domestik Jepang yang sampai saat ini belum menunjukkan perubahan.
Suku Bunga Negatif BOJ
Pertama kali diberlakukan 29 Januari 2016. Saat itu Gubernur Haruhiko Kuroda mengejutkan pasar dengan keputusan yang berani, menerapkan suku bunga negatif sebagai upaya bank sentral untuk melindungi perekonomian yang lesu akibat kekhawatiran ekonomi global saat itu. Langkah ini juga diketahui mengikuti jejak ECB yang pernah dilakukan di bulan Juni 2014. ECB saat itu berusaha mendorong bank-bank komersil menggunakan kelebihan cadangan yang mereka simpan di bank sentral sebagai bentuk pinjaman ke dunia usaha. Inflasi Jepang sentuh 0.5% di tahun 2015, jauh di bawah target 2% BOJ. Pemerintah mencoba membujuk perusahaan-perusahaan untuk menaikkan upah sehingga pengeluaran konsumen naik dan membantu menaikkan harga. Pasar saat itu dipicu juga oleh turunnya harga minyak mentah global dan melemahnya belanja konsumen sehingga terjadi perdebatan apakah bank sentral harus keluarkan lebih banyak stimulus atau tidak. Sejak itulah suku bunga BOJ bertahan di -0.10% sampai saat ini, selama masa COVID-19, dan gubernur BOJ berganti menjadi Kazuo Ueda.
Isyarat Ueda & Proyeksi Ekonomi Kuartalan BOJ
Dalam wawancara terakhir di 9 September 2023, Gubernur Ueda mengatakan bahwa bank sentral bisa saja mengakhiri kebijakan suku bunga negatif saat target inflasi 2% sudah terlihat. Ueda meyakini hal tersebut akan didukung oleh cukup data di akhir tahun, dengan kondisi inflasi yang meningkat disertai pertumbuhan upah. Tapi dalam keputusan kebijakan moneternya di pertemuan BOJ 21 – 22 September 2023 kemarin, BOJ tetap pertahankan suku bunga jangka pendek di -0.10% dan tidak mengubah apapun terkait pengaturan kurva imbal hasil (Yield Curev Control, YCC). Bahkan dalam konferensi pers, Ueda sama sekali tidak menyinggung apapun, termasuk kebijakan untuk mengendalikan pelemahan Yen. Beberapa pengamat meyakini BOJ kemungkinan baru akan melakukannya saat mereka merilis proyeksi ekonomi kuartalan mereka di bulan Oktober.
High 2022, History Repeats Itself?
Apa yang terjadi di bulan Oktober 2022? Kebijakan longgar BOJ mendorong Yen melemah terhadap USD. Upaya mengancam para spekulan dengan intervensi verbal tidak diindahkan. USDJPY sentuh level tertinggi 151.92 di 21 Oktober 2022. BOJ bersama Kementerian Keuangan Jepang melakukan “stealth intervention” dan berhasil menekan USDJPY hingga level 146.15, dan di upaya kedua 1 November 2022, menekan USDJPY dari 148 hingga bertahap turun ke 137.65 di 15 November 2022. Upaya tersebut cukup berhasil meredam pelemahan Yen dan secara bertahap turun hingga 127 di awal tahun 2023.
Apakah pola tersebut akan terulang? Beberapa pihak menilai USDJPY masih bisa lebih tinggi dan cetak rekor baru karena BOJ belum mengubah kebijakan longgarnya, atau karena Fed belum ada pertanda hentikan siklus kenaikan suku bunga. Di sisi lain, kami berpandangan mungkin saja BOJ menanti momentum yang tepat untuk melakukan ‘intervensi’ JPY tanpa harus keluarkan banyak dana. Jepang mengeluarkan sekitar 6.35 triliun yen atau setara 42.7 miliar USD untuk mengintervensi mata uang di bulan Oktober 2022 untuk menopang yen. Jika mengacu pada hal yang sama, maka Oktober sangat mungkin mengulang sejarah bertepatan dengan potensi BOJ merilis laporan ekonomi kuartalan dan juga diyakini bahwa Fed mulai berhenti menaikkan suku bunga di pertemuan 31 Oktober – 1 November 2023.
TECHNICAL OUTLOOK
2 Cara Melihat Weekly Chart
Dengan mudah, versi #1 terlihat mendekati puncak tertinggi mulai memasuki zona “orange”, dan terlihat potensi Double Top seperti pada gambar. Meskipun konfirmasi neckline cukup jauh di kisaran 127.20, tapi setidaknya kita bisa saja memanfaatkan konfirmasi puncak ke-2 sebagai entry poin dan all time high 151.92 sebagai resistance. STOP LOSS dipasang di atas resistance (all time high).
Dan versi #2 adalah hanya melihat di bagian kenaikan terakhir. Jika diperhatikan seksama, maka kenaikan mengikuti pola Elliott Wave, dan saat ini wave 5 bisa dianggap sudah mendekati puncaknya. Dan dengan cara yang sama, zona SELL adalah zona “orange” dan Stop Loss ditempatkan di atas High 151.92. Diharapkan penurunan memulai lajur koreksi ABC seperti pada gambar, dan ini berarti penurunan bertahap bisa diharapkan. Support 1 di 144.81, support 2 di 137.100 dan support 3 adalah neckline 127.13.
Rekomendasi:
SELL on Rally Area : 149.50 – 150.00
Target : 1) 144.80, 2) 137.50
Stop Loss : 154.50
Caution:
Keduanya bisa gagal jika harga naik lebih tinggi di atas 151.92 (menciptakan high baru), dan juga jika Fed tetap lanjutkan kenaikan suku bunga sampai awal tahun 2024 sementara BOJ tetap pertahankan kebijakan longgar.
NZDUSD - Dolar New Zealand
Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) dalam pertemuan moneter terakhirnya pada 16 Agustus 2023 mempertahankan suku bunga acuan 5.5% untuk ketiga kalinya. Sama seperti pada pertemuan moneter di bulan Mei & Juni sebelumnya seiring dengan inflasi yang sudah semakin menurun. Tercatat angka inflasi tertinggi mencapai 7.3% pada Juni tahun 2022 lalu dan terjadi penurunan pada Juni 2023 menjadi hanya 6.0%. RBNZ meyakini dengan suku bunga saat ini inflasi dapat semakin turun hingga target yang diinginkan antara 1% hingga 3%. Hal ini didukung oleh ekonomi yang saat ini sedang dalam kondisi resesi ringan. Gubernur RBNZ - Adrian Orr bahkan mengatakan kondisi resesi ringan saat ini dibutuhkan untuk menekan aktifitas ekonomi sehingga target inflasi tercapai.
Dollar New Zealand (NZD) atau sering juga disebut sebagai “Kiwi’ adalah salah satu dari 2 antipodean selain dolar Australia. Disebut Antipodean karena berada di belahan dunia yang berseberangan dengan wilayah lainnya terpisah oleh garis khatulistiwa. Ekonomi New Zealand tergantung dengan perdagangan internasional dengan mitra utama yaitu China selain Amerika Serikat dan Australia. 2 Antipodean ini sering digunakan sebagai proxy terhadap mata uang Yuan. Fundamental ekonomi di New Zealand juga dipengaruhi kondisi ekonomi dan geopolitik internasional. Sejak 14 Juli 2023 NZDUSD mengalami tekanan dari level tertinggi 0.64097 hingga terendah 0.58576 pada 5 September lalu. Dengan range lebih dari 500 pips, NZD memberikan sinyal akan rebound terlihat dari indikator RSI yang sudah naik melewati 50% dan MACD yang sudah naik mendekati level 0. Namun harga NZDUSD tertahan di garis 23.6% Fibonacci.
Rekomendasi:
Potensi masih cenderung naik sehingga pasang posisi BUY di angka on the spot 0.5943 dengan target awal di 38.2% Fibo di level 0.6067 dan target utama 50% Fibo di level 0.6132 dan jika ingin target yang lebih tinggi ada di 61.8% Fibo di level 0.6198. Stop Loss yaitu di level terendah sebelumnya 0.5850
“LAGGING” DAN “LEADING” INDIKATOR
Analisa Teknikal
Metatrader 4 ataupun Metatrader 5 memberikan sejumlah indikator teknikal yang dapat digunakan dalam menganalisa pergerakan harga. Namun tahukah Anda bahwa dari sekian banyak indikator tersebut sebetulnya dapat digolongkan menjadi dua bagian besar. Masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Secara umum kita dapat membagi indikator teknikal dalam dua bagian besar yaitu, indikator yang termasuk katergori “Lagging” dan indikator yang masuk kategori “Leading”. Mari kita bahas satu persatu dengan penjelasan dibawah ini. Indikator teknikal yang dikenal sebagai "lagging" atau "Trend following", adalah alat yang digunakan dalam Analisa teknikal untuk menilai dan mengkonfirmasi harga historis dan pergerakan tren suatu instrumen, seperti saham, mata uang, atau komoditas. Indikator ini disebut “Lagging” karena memberikan informasi berdasarkan data harga masa lalu dan cenderung mengikuti pergerakan harga dengan penundaan atau “Delay”. Indikator lagging sering digunakan oleh trader dan investor untuk memastikan arah suatu tren, saat akan memprediksi pergerakan harga di masa depan. Beberapa contoh umum indikator yang termasuk indicator “lagging” seperti:
Moving Average: adalah salah satu indikator lagging yang paling banyak digunakan. Indikator ini menghitung harga rata-rata pergerakan suatu instrumen selama periode tertentu.
Moving Average Convergence Divergence (MACD): MACD adalah indikator momentum yang mengikuti tren yang terdiri dari dua moving average, biasanya jangka pendek dan jangka panjang.
Bollinger Bands: Bollinger Bands terdiri dari band tengah (Pergerakan rata-rata) dan dua band luar yang didasarkan pada standar deviasi dari band tengah.
Average True Range (ATR): ATR mengukur kisaran rata-rata antara harga tertinggi dan terendah harian selama periode tertentu.
Parabolic SAR: Indikator Parabolic SAR (Stop and Reverse) memberikan potensi level masuk dan keluar pasar berdasarkan arah tren.
Leading indicators juga dikenal dengan istilah “oscillator” atau momentum indicator, adalah alat yang digunakan dalam analisa teknikal untuk memperkirakan potensi perubahan arah harga sebelum terjadi. Indikator ini memberikan sinyal awal atau gambaran mengenai potensi pergerakan instrumen ke depannya, seperti saham, mata uang, atau komoditas, akan tetapi juga berpotensi memberikan sinyal yang salah.
Trader dan investor menggunakan “leading indicator” untuk mengidentifikasi kemungkinan untuk masuk atau keluar pasar, dan untuk mengantisipasi pembalikan tren ataupun kelanjutan tren. Beberapa contoh:
Stochastic Oscillator: Stochastic Oscillator membandingkan harga penutupan suatu aset dengan kisaran harga selama periode tertentu.
Relative Strength Index (RSI): RSI mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga dan digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold.
Commodity Channel Index (CCI): CCI mengukur deviasi aset dari rata-rata statistiknya. Ini digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold serta potensi pembalikan tren.
Average Directional Index (ADX): ADX mengukur kekuatan suatu tren, bukan arahnya. Trader menggunakannya untuk menentukan apakah suatu tren cukup kuat untuk diperdagangkan atau sedang kehilangan momentum.
Kedua jenis indikator memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Indikator Lagging sangat berharga bagi trader yang memilih untuk mengkonfirmasi tren yang ada dan mengurangi risiko False Signal. Karena mengandalkan data historis, indikator ini tidak memberikan peringatan dini mengenai perubahan tren. Dalam membuat suatu trading system, perlu mengkombinasi kedua jenis indikator diatas yang akan saling melengkapi untuk mendapatkan Analisa pasar yang lebih obyektif.
ANALISA FUNDAMENTAL
TRADING FUNDAMENTAL DENGAN DATA EKONOMI
Trader dan analis yang memanfaatkan data ekonomi sebagai dasar analisa trading harus berhadapan dengan banyak data ekonomi yang harus diperhatikan dan dianalisa sebelum mengambil keputusan trading. Menganalisa seluruh data ekonomi sangat sulit dilakukan, sehingga perlu menentukan skala prioritas data mana yang penting dan relevan dengan instrumen yang diperdagangkan. Analisa data ekonomi untuk memperkirakan pergerakan nilai tukar mata uang adalah praktik umum dalam perdagangan Forex. Trader dan analis menggunakan indikator ekonomi dan data penting untuk membuat prediksi yang tepat. Berikut panduan langkah demi langkah bagaimana cara menggabungkan data ekonomi untuk analisa mata uang.
Pilih Pasangan Mata Uang
Tentukan mata uang mana yang ingin Anda prediksi. Perdagangan valas melibatkan perdagangan satu mata uang terhadap mata uang lainnya, jadi Anda perlu menganalisis faktor ekonomi yang mempengaruhi kedua mata uang dalam pasangan tersebut.
Kumpulkan Data Ekonomi
Kumpulkan data dan indikator ekonomi untuk kedua mata uang pada pasangan mata uang tersebut. Poin data ini dapat mencakup:
• Suku Bunga: Suku bunga yang lebih tinggi di suatu negara cenderung menarik modal asing dan dapat memperkuat mata uangnya.
• Pertumbuhan ekonomi: Perekonomian yang kuat biasanya menghasilkan mata uang yang lebih kuat.
• Tingkat Inflasi: Inflasi yang tinggi dapat mengikis nilai suatu mata uang, sehingga inflasi yang rendah umumnya dianggap positif bagi suatu mata uang.
• Neraca Perdagangan: Neraca perdagangan yang positif dapat meningkatkan nilai mata uang.
• Stabilitas Politik: Peristiwa politik, stabilitas, dan keputusan kebijakan dapat berdampak signifikan terhadap nilai mata uang.
• Sentimen Pasar: Pertimbangkan sentimen pasar, yang dapat dipengaruhi oleh berita, peristiwa geopolitik, dan sentimen trader.
Analisis Data Historis
Gunakan data historis ekonomi dan pergerakan nilai tukar untuk mengidentifikasi pola dan korelasi. Anda dapat menggunakan alat dan perangkat lunak statistik untuk membantu analisis ini.
Buat Model & Uji Kembali Model Anda
Kembangkan model peramalan yang menggabungkan faktor-faktor ekonomi tersebut. Ini bisa berupa model regresi sederhana atau model pembelajaran mesin yang lebih kompleks. Uji dengan data historis untuk test keakuratannya
Pantau Data Real-Time
Terus pantau rilis data ekonomi real-time, berita, dan perubahan pada faktor-faktor yang Anda identifikasi. Jika model Anda tidak berkinerja baik atau jika ada perubahan signifikan dalam kondisi ekonomi, sesuaikan model Anda.
Manajemen Risiko
Terapkan strategi manajemen risiko, seperti stop-loss dan ukuran posisi, untuk melindungi modal Anda jika perkiraan Anda salah.
Jalankan Trading Anda
Berdasarkan perkiraan Anda, jalankan trading mata uang Anda ketika Anda yakin kondisi pasar menguntungkan. Sesuaikan pendekatan Anda jika diperlukan.
Penting untuk dicatat bahwa transaksi forex merupakan hal yang menantang dan memiliki risiko. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar, dan bahkan model yang paling canggih sekalipun mungkin tidak selalu memberikan prediksi yang akurat.
BASIC KNOWLEDGE
JENIS-JENIS SISTEM TRADING
Terdapat berbagai macam sistem perdagangan (trading system) yang dapat digunakan dalam bertransaksi forex. Para trader dan analis pada umumnya memiliki sistem trading yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter trading masing-masing. Di bawah ini adalah contoh sistem perdagangan yang umum digunakan oleh trader forex:
Sistem trading Trend-Following:
Sistem perdagangan Trend Following dapat dicirikan sebagai sistem yang cenderung berfokus pada trend. Dan cenderung bertransaksi untuk jangka menengah dan jangka panjang. Memiliki tools yang dapat mendeteksi trend adalah sangat penting jika mengadopsi sistem trading ini. Tools atau indikator yang umum digunakan misalnya, Moving Average, Bollinger Bands, Parabolic SAR, ADX, MACD dan banyak lagi indikator lainnya. Prinsip “Trend is your Friend” benar-benar diterapkan oleh trader yang menjadikan metode ini sebagai filosofi utama dalam melakukan transaksi.
Sistem trading Reversal:
Sistem trading reversal, adalah metode dimana para trader fokus untuk mencari titik atau moment dimana harga akan berbalik arah, atau reverse. Misalnya harga yang kondisi trendnya naik berubah menjadi trend turun dan di titik di mana harga berbalik disitulah trader akan mengambil posisi beli atau jual. Tools yang umum digunakan di metode ini seperti: Pola Candlestick Reversal. Sistem ini mencari pola candlestick seperti doji, engulfing, atau hammer yang mengindikasikan pembalikan tren, dan menghasilkan sinyal beli atau jual berdasarkan pola tersebut. Divergence: Sistem ini menggunakan indikator seperti MACD atau RSI untuk mencari divergensi antara indikator dan harga, yang dapat mengindikasikan pembalikan tren.
Sistem trading Breakout:
Trader yang menggunakan metode ini memanfaatkan moment di saat harga menembus atau melampaui suatu titik atau level harga tertentu yang dianggap krusial. Harga batas atas dan batas bawah dikenal dengan Resistance dan Support level. Tools yang digunakan seperti: Bollinger Bands. Sistem ini memanfaatkan Bollinger Bands untuk mengidentifikasi kondisi pasar yang bergerak mendatar dan sinyal breakout saat harga menyentuh batas atas atau batas bawah band.
Sistem trading Berdasarkan Berita Fundamental:
Trader mengikuti kalender ekonomi dan berita fundamental yang mempengaruhi mata uang tertentu, seperti tingkat suku bunga, data lapangan kerja, dan peristiwa geopolitik. Mereka membuka posisi berdasarkan berita ini. Dan berharap harga bergerak sesuai dengan data ekonomi yang akan diumumkan.
Sistem trading Algoritmik:
Trader menggunakan perangkat lunak perdagangan otomatis atau robot forex untuk menjalankan strategi perdagangan yang telah diprogram sebelumnya. Sistem ini dapat merespons pasar dengan cepat, tanpa emosi dan tanpa campur tangan manusia. Perkembangan terakhir bahkan mulai digunakannya Artificial Intelligence (AI) untuk memprediksi arah pergerakan harga.
Sistem trading Price Action:
Trader mengandalkan analisis harga murni tanpa indikator tambahan. Mereka mencari pola-pola harga seperti pin bar, inside bar, atau false breakout untuk mengambil keputusan perdagangan. Trader akan berkonsentrasi pada saat harga bergerak dengan sangat dinamis dan cenderung tidak akan melakukan apa-apa saat harga bergerak dalam range terbatas.
Setiap sistem perdagangan memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. Penting untuk mencocokkan sistem perdagangan dengan gaya dan tujuan trading Anda. Manajemen risiko yang baik dan disiplin dalam menjalankan sistem adalah kunci kesuksesan dalam trading.
BASIC KNOWLEDGE
Kelebihan CFD Saham Individu
CFD (Contract for Difference) Saham Individu memungkinkan investor menangkap peluang pergerakan harga saham tanpa harus membeli sahamnya secara langsung. Pada umumnya ketika investor membeli saham maka ada kewajiban untuk melunasi nilai pembeliannya. Misalnya investor ingin membeli saham AAPL (Apple Inc.) di harga $180 sebanyak 1.000 lembar, maka investor wajib melunasi pembeliannya senilai $ 180 ribu, dan saldo di banknya akan berkurang dan tidak mendapatkan bunga lagi. Jika bunga bank yang bisa dia peroleh adalah 5% p.a. dan ternyata harga saham AAPL ternyata hanya stagnan di akhir tahun pertama, tetap di $180, maka investor itu tidak mendapatkan keuntungan dari saham, dan telah kehilangan potensi penghasillan bunga sebesar 5% x $180 ribu yaitu $9.000.
Bagi investor yang tidak memiliki dana sejumlah $ 180 ribu untuk melakukan pembelian di atas, ada kemungkinan investor menggunakan pinjaman melalui fasilitas margin dengan bunga pinjaman sebesar 10% p.a. dari perusahaan tempat dia bertransaksi. Persetujuan fasilitas margin juga melalui proses yang cukup rumit, jika ada persyaratan yang tidak terpenuhi maka investor tidak bisa mendapatkan fasilitas margin sesuai yang dia inginkan. Misalnya investor hanya memiliki dana $50 ribu dan hanya diberi fasilitas margin sebesar $ 40 ribu, maka investor hanya bisa membeli 500 lembar saham AAPL (rencana awal membeli 1.000 lembar). Jika akhirnya harga saham AAPL naik ke $220 dalam 1 tahun, tanpa memperhitungkan biaya transaksi, maka keuntungan yang didapat adalah $40 per lembar saham x 500 lembar yang dibeli = $ 20 ribu. Biaya bunga atas margin yang harus dibayar sebesar $40 ribu x 10% = $4.000, sehingga keuntungan bersih adalah $ 16.000 dari modal awal $ 50 ribu. Jika investor tidak menggunakan margin, maka ia hanya bisa membeli 277 lembar di harga $180 dan mendapatkan keuntungan $11.080. Keuntungan yang diperoleh ketika tidak menggunakan margin menjadi lebih rendah dan tentu saja ini bisa menjadi hal yang menjengkelkan bagi investor yang memiliki keyakinan atas kenaikan harga saham AAPL.
CFD Saham Individu memungkinkan investor untuk bertransaksi secara margin tanpa melalui proses yang rumit. Transaksi CFD Saham Individu memungkinkan investor mendapatkan leverage hingga 10x lipat. Jadi jika investor ingin membeli AAPL sebanyak 1.000 lembar di harga $180, modal awal yang perlu disiapkan hanya $18.000 (dibandingkan $180 ribu jika membeli saham). Dan atas nilai transaksi $180 ribu itu investor perlu membayar bunga.
Yang sangat menarik bagi investor Indonesia saat ini, produk CFD Saham Individu bisa ditransaksikan dan biaya bunganya hanya 2% p.a. Jadi ketika investor membeli CFD AAPL senilai $180 ribu, biaya bunga yang harus dibayar dalam 1 tahun adalah $180 ribu x 2% = $ 3.600. Sedangkan nilai modal awal transaksi CFD yang harus disiapkan adalah $18 ribu, sehingga sisa dana $162 ribu bisa disimpan di bank dan mendapatkan bunga.
Jika CFD AAPL stagnan selama 1 tahun, maka bunga bank yang diperoleh adalah $162 ribu x 5% = $8.100. Hal ini berarti bunga bank yang diperoleh dari bank senilai $8.100 lebih besar daripada bunga yang dibayarkan untuk transaksi CFD senilai $3.600, menghasilkan profit tambahan $4.500 bagi investor. Jadi dalam kondisi CFD AAPL stagnan, investor masih mendapatkan keuntungan $4.500. Hal ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan membeli saham AAPL dan tidak ada profit sama sekali dan kehilangan potensi bunga bank. Jika ternyata harga CFD AAPL juga naik ke $220 dalam 1 tahun, maka CFD AAPL menghasilkan keuntungan $40 x 1.000 lembar = $40.000 dan bunga bank tetap diterima sebesar $8.100 maka total keuntungan investor menjadi $48.100. Hal ini sekali lagi menunjukkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan membeli saham secara langsung.
Yuk… segera buka akun di Agrodana dan dapatkan keuntungan dari transaksi CFD Saham Individu. Agrodana menyediakan pilihan CFD Saham Individu terbanyak di Indonesia dengan biaya transaksi terendah.