Data GDP dan persediaan minyak mentah AS akan jadi fokus pasar malam ini

Published on 05/30/2024

Dolar berlanjut menguat terhadap mata uang lainnya mendekati rilis data inflasi dari sisi personal yang baru akan dirilis esok hari. Sementara itu yield obligasi pemerintah AS terus naik seiring dengan peluang Fed yang masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan lebih lama dari perkiraan. Sejumlah data yang menunjukkan aktifitas ekonomi di AS masih cukup positif dan masih berpotensi mencegah inflasi turun meski data inflasi bulan lalu turun untuk pertama kali sejak awal tahun. Pejabat Fed juga masih akan mempertimbangkan lebih matang dengan menunggu data ekonomi berikutnya sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya. Sebelumnya Gubernur Fed Minneapolis - Neel Kashkari bahkan mengatakan Fed bisa kembali menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut guna menekan turun inflasi jika memang diperlukan. Setidaknya Fed perlu menunggu lebih lama hingga arah inflasi betul -betul turun searah dengan yang diharapkan sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan. Sedangkan sejawatnya Gubernur Fed Atlanta - Raphael Bostic semalam mengatakan laju inflasi tidak berjalan seperti yang diharapkan namun masih cenderung menurun dan untuk mencapai target 2% masih belum dapat dipastikan. Hal ini menyebabkan Fed belum cukup yakin untuk segera menurunkan suku bunga acuan.  Sementara dalam laporan Beige Book dari Fed yang berisi survey di 12 negara bagian di AS menunjukkan aktifitas ekonomi terus meningkat dari awal April hingga pertengahan bulan Mei ini, namun beberapa perusahaan cenderung pesimis seiring dengan menurunnya permintaan konsumen yang semakin berkurang sedangkan inflasi masih cenderung naik meski dengan laju yang mulai tertahan. Hari ini akan dirilis data pertumbuhan ekonomi GDP kuartal lalu dengan perkiraan mengalami penurunan dari 1.6% menjadi hanya 1.2%. Dan juga laporan mingguan klaim pengangguran serta data persediaan minyak mentah AS.

Yen terus melemah terhadap dolar hingga hampir menyentuh level dimana pemerintah Jepang melakukan 2 kali intervensi atau tepatnya di intervensi kedua beberapa waktu lalu. Inflasi di Jepang yang turun di bawah 2% menyebabkan Bank Sentral Jepang (BOJ) kesulitan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya setelah kebijakan ultra longgar berakhir dengan BOJ menaikkan suku bunga acuan sebanyak 10 bps pada 2 pertemuan moneter sebelumnya. Dengan kondisi seperti ini juga membuat BOJ sulit untuk menjaga kurs mata uang Yen selain karena kecenderungan mata uang dolar yang semakin meningkat terhadap semua mata uang.  Di samping itu juga pergerakan volatilitas mata uang Yen tidak terlalu signifikan sehingga peluang intervensi juga semakin menipis. Data Kepercayaan Konsumen di Jepang juga semakin menurun tajam dari 38.3 menjadi hanya 36.2 yang berbanding terbalik dengan perkiraan meningkat 39.1.

Euro berlanjut melemah tidak hanya terhadap dolar namun juga terhadap GBP hingga level terendah dalam 2 tahun terakhir. Meski Kepercayaan Konsumen di Jerman meningkat menjadi -20.9 yang lebih baik dari perkiraan -22.5 dan data periode sebelumnya direvisi sedikit membaik dari -29.2 menjadi hanya -29.0. Namun data inflasi CPI di Jerman mengalami penurunan dari periode bulan sebelumnya namun relatif masih meningkat jika dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya. Meski demikian hal ini tidak mengubah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan segera menurunkan suku bunga acuannya pada pertemuan moneter di pekan depan, menyusul Bank Sentral Swiss (SNB) dan Bank Sental Swedia (Riksbank) yang sudah menurunkan suku bunga acuannya beberapa waktu lalu. Hal ini ditegaskan oleh Gubernur Bank Sentral Prancis sekaligus pejabat ECB - Francois Villeroy de Galhau kemarin yang cukup percaya diri dengan mengatakan pemangkasan suku bunga acuan pertama kali dipastikan akan dilaksanakan pada pertemuan moneter pekan depan. Hal ini sesuai dengan perkiraan pasar. Hari ini akan dirilis data Tingkat Pengangguran dan inflasi CPI di Italia.

Poundsterling meski melemah terhadap dolar namun masih tertahan karena penguatan terhadap Euro di level tertinggi sejak krisis anggaran mini di tahun 2022 lalu. Sejumlah data ekonomi yang positif terutama setelah Inggris keluar dari resesi ringan yang cukup panjang membuat optimisme akan pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik. Sehingga ekspektasi pasar semakin kuat bahwa Bank Sentral Inggris (BOE) dapat memangkas suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan setidaknya pada pertemuan moneter di bulan Agustus mendatang. Hal ini didukung oleh data ekonomi yang positif yaitu dari sektor ritel dengan data Realized Sales yang meningkat tajam dari -44 menjadi +8 yang jauh lebih baik dari perkiraan hanya membaik -24. Sedangkan dari panggung politik sepertinya akan terjadi perubahan kekuasanan dengan lengsernya Perdana Menteri Inggris - Rishi Sunak beserta Partai Konservatifnya dan akan digantikan dengan Partai Buruh sebagai mayoritas baru. Meski demikian diperkirakan kebijakan ekonomi dan moneter diharapkan tidak akan banyak berubah. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.