Dolar cenderung menguat terhadap mata uang lainnya menjadi aset safe haven setelah calon presiden dari Partai Republik AS – Donald Trump mengalami percobaan pembunuhan melalui penembakan yang terjadi saat kampanye di wilayah Pensylvania. Trump mengalami luka pada telinga dan segera diselamatkan oleh Secret Service. Peristiwa ini membuat popularitas Trump meningkat karena kejadian tersebut mendapat kecaman dari beberapa tokoh yang sebelumnya tidak menyatakan dukungannya secara langsung. Peluang Trump kembali menjadi Presiden AS mendatang semakin kuat dan Trump adalah pendukung strong dolar policy. Selain itu ketidakpastian politik juga menjadi sentimen positif untuk dolar sebagai aset safe haven.  Sedangkan fundamental ekonomi di AS sendiri yang sebelumnya menunjukkan inflasi sudah semakin menurun sehingga peluang Fed untuk menurunkan suku bunga acuan semakin besar. Namun data inflasi dari sisi produsen PPI yang dirilis hari Jumat masih belum turun sepenuhnya. Data PPI bulan lalu masih naik 0.2% yang lebih tinggi dari perkiraan hanya naik 0.1% dan data periode sebelumnya juga direvisi naik dari -0.2% menjadi 0.0%. Dengan Core PPI yang tidak menyertakan BBM dan bahan pangan juga meningkat 0.4% yang 2 kali lebih tinggi dari perkiraan 0.2% dan data periode sebelumnya juga direvisi meningkat dari 0.0% menjadi 0.3%. Terlihat dari sisi produsen inflasi masih berpotensi kembali naik. Sementara data dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi sedikit menurun dari 3% menjadi 2.9% sesuai perkiraan dan sentimen konsumen juga ikut menurun dari 68.2 menjadi 66.0 yang terbalik dari perkiraan meningkat 68.5. Untuk lebih jelas sikap Fed akan data-data inflasi tersebut, Ketua Fed – Jerome Powell kembali akan memberikan pendapatnya dalam pidato pada Economic Club di Washington DC malam ini. Pasar akan mencermati apakah pernyataan yang disampaikan Powell pekan lalu sebelum data ekonomi rilis masih akan sama setelah data ekonomi rilis tersebut. Jika demikian maka dolar berpotensi akan kembali melemah setelah pidato tersebut. Juga Gubernur Fed San Fransisco – Mary Daly akan berpidato di tempat berbeda. Selain itu juga akan dirilis data indeks manufaktur negara bagian New York. Data penting pekan ini adalah  Retail Sales yang akan dirilis esok hari dan sejumlah pidato dari pejabat Fed.

Yen berlanjut menguat tajam terhadap dolar di hari Jumat lalu untuk hari kedua dengan dugaan karena adanya intervensi dari otoritas keuangan pemerintah Jepang. Sejauh ini otoritas keuangan belum menyatakan hal tersebut secara resmi meski laporan harian Bank Sentral Jepang (BOJ) di hari Jumat lalu menunjukkan perkiraan ¥3.37-3.57 triliun ($21.18-22 miliar) dipergunakan untuk menguatkan mata uang yen. Hari ini bursa saham dan perbankan di Jepang tutup karena libur merayakan Marine Day sehingga yen kemungkinan akan kembali tertekan seiring dengan menguatnya mata uang dolar akibat insiden penembakan Trump pada kampanyenya. Pekan ini tidak banyak data hanya ada neraca perdagangan dan data inflasi CPI.

Euro ikut terkoreksi seiring dengan meningkatnya permintaan akan dolar sebagai aset safe haven. Dan juga menjelang pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) di hari Kamis pekan ini. Diperkirakan ECB masih akan mempertahankan suku bunga acuan yang baru bulan Juni lalu di turunkan 25 bps. Data inflasi CPI akan dirilis tepat sehari sebelum pertemuan moneter dengan perkiraan masih stagnan seperti periode sebelumnya akan menahan ECB untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan saat ini. Yang akan dicermati oleh pasar adalah apakah pemangkasan berikutnya akan dilaksanakan pada pertemuan moneter di bulan September atau Desember mendatang. Sejumlah pejabat ECB menegaskan akan memangkas sebanyak 2 kali di tahun ini. Data penting lainnya adalah data Sentimen ekonomi dari ZEW di Jerman dan Uni Eropa yang akan dirilis esok hari.

Poundsterling sempat menguat tajam terhadap dolar hingga level tertinggi dalam setahun terakhir seiring dengan fundamental ekonomi yang melampaui perkiraan dan juga didukung oleh komentar dari pejabat Bank Sentral Inggris (BOE). Data pertumbuhan ekonomi GDP di Inggris meningkat 2 kali lipat dari perkiraan 0.2% menjadi 0.4% dari periode sebelumnya 0.0%. Pejabat BOE sekaligus anggota voting MPC – Swati Dhingra mengatakan inflasi di Inggris kemungkinan tidak akan naik lagi dan BOE sudah saatnya untuk menurunkan suku bunga acuan. Pernyataan tersebut semakin memperkuat peluang BOE untuk menurunkan suku bunga acuannya pada bulan Agustus mendatang. Pekan ini akan dirilis data inflasi CPI dan juga data di sektor tenaga kerja Claimant Count. Dan data Retail Sales, kepercayaan konsumen dan hutang sektor publik.