Dolar melemah terhadap mata uang lainnya terutama terhadap Yen yang diduga keras sebagai langkah intervensi dari otoritas keuangan Jepang. Sepertinya otoritas keuangan Jepang membuat langkah strategis di saat mata uang dolar melemah. Dolar melemah seiring dengan komentar dari sejumlah pejabat Fed yang semakin mempertegas akan langkah moneter selanjutnya adalah memangkas suku bunga acuan. Inflasi yang semakin turun mendekati target Fed dan data-data di sektor tenaga kerja yang menunjukkan tanda-tanda pelambatan menjadi alasan utama sudah waktunya Fed menurunkan suku bunga acuan. Gubernur Fed – Christopher Waller semalam mengatakan waktunya menurunkan suku bunga semakin dekat berdasarkan skenario ekonomi yang ada termasuk soft landing dan peluang inflasi kembali naik yang semakin kecil. Gubernur Fed New York – John Williams masih perlu data-data lebih banyak namun tetap optimis suku bunga akan dipangkas dalam beberapa bulan mendatang. Gubernur Fed Richmond – Thomas Barkin di tempat berbeda mengatakan kondisi ekonomi saat ini sudah tidak perlu kebijakan moneter yang ketat lagi dan memungkinkan Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya. Dan hal tersebut akan menjadi agenda Fed dalam pertemuan moneter di awal bulan Agustus nanti untuk mematangkan keputusan yang akan diambil pada pertemuan moneter selanjutnya di bulan September mendatang. Peluang Fed akan memangkas suku bunga acuan di bulan September melonjak hingga 98% dengan pemangkasan sebanyak 25 bps menurut CME Group’s FedWatch tool. Fundamental ekonomi di AS di sektor perumahan sudah semakin membaik meski suku bunga relatif masih tinggi. Begitu pula pemulihan terjadi di sektor industri dengan data Industrial Production dan Capacity Utilization yang semakin meningkat bahkan melampaui perkiraan. Hal ini sesuai dengan perkiraan terjadinya soft landing di AS seperti yang diungkapkan oleh para pejabat Fed tersebut. Hari ini akan dirilis data di sektor tenaga kerja berupa klaim pengangguran dengan perkiraan meningkat yang semakin menambah peluang terjadinya perlambatan di sektor ini. Dan memperbesar peluang Fed menurunkan suku bunga acuannya.

Yen menguat tajam terhadap dolar yang diduga keras sebagai langkah intervensi dari otoritas keuangan Jepang. Hal ini terlihat dari laporan harian dari Bank Sentral Jepang (BOJ) yang menunjukkan terjadinya pengeluaran anggaran yang cukup signifikan pada Jumat pekan lalu senilai ¥2.14 triliun ($13.5 miliar) yang jika dikombinasikan dengan pengeluaran pada hari Kamis sebelumnya mencapai hampir ¥6 triliun untuk menurunkan Yen dari level tertinggi dalam 38 tahun terakhir pekan lalu. Menteri Keuangan Jepang tidak merespon permintaan untuk menjelaskan hal tersebut, namun diplomat mata uang Jepang – Masato Kanda mengatakan tidak ada batasan seberapa banyak otoritas Jepang bisa melakukan intervensi jika memang diperlukan. Sepertinya otoritas keuangan Jepang membuat langkah strategis di saat mata uang dolar melemah akhir-akhir ini sehingga langkah intervensi menjadi efektif. Tidak seperti intervensi sebelumnya yang baru dilakukan setelah mata uang Yen sangat melemah.  

Euro menguat terhadap mata uang dolar yang semakin melemah menjelang pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) malam ini. Hampir dapat dipastikan ECB akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya karena baru bulan Juni lalu mereka memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 bps. Terlebih dengan data inflasi yang stagnan di bulan lalu, data CPI untuk Uni Eropa stagnan sesuai perkiraan di angka 2.5% sama seperti periode sebelumnya. Begitu pula dengan data Core CPI yang tidak menyertakan komponen BBM, bahan pangan, alkohol dan tembakau masih sama seperti periode sebelumnya 2.9%. Dengan data ini tidak ada alasan bagi ECB untuk terus menurunkan suku bunga acuannya. ECB akan mengevaluasi data inflasi yang akan datang untuk menentukan langkah moneter selanjutnya jika memang diperlukan. Pasar akan mencermati komentar dan pendapat dari Presiden ECB – Christine Lagarde dan pejabat ECB lainnya paska pertemuan moneter malam ini untuk melihat peluang akan pemangkasan lanjutan pada pertemuan moneter berikutnya.

Poundsterling juga menguat hingga level tertinggi di tahun ini seiring dengan pelemahan mata uang dolar. Selain itu inflasi di Inggris yang stagnan tidak sejalan dengan harapan Bank Sentral Inggris (BOE) untuk terus turun. Dan berpotensi menahan BOE untuk segera menurunkan suku bunga acuannya. Data inflasi CPI Year-on-year di Inggris masih stagnan di angka 2% yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan semakin menurun 1.9%. Begitu pula dengan data Core CPI yang tidak menyertakan komponen BBM, bahan pangan, alkohol dan tembakau masih stagnan di angka 3.5% yang meleset dari perkiraan semakin menurun 3.4%. Meskipun jika dibandingkan periode bulan sebelumnya memang semakin menurun. Data-data ini cukup membuat ekspektasi akan langkah BOE untuk menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter di awal Agustus nanti menjadi berkurang dan BOE akan mempertahankan suku bunga acuan lebih lama lagi. Kondisi ini bertolak belakang dengan Fed yang diharapkan akan segera menurunkan suku bunga acuan. Spekulasi di pasar memperkirakan peluang BOE menurunkan suku bunga acuan turun menjadi kurang dari 40% lebih rendah dari 50% sehari sebelumnya. Meski demikian ekonomi di Inggris semakin pulih dan terlepas dari ancaman resesi setelah data pertumbuhan ekonomi GDP kembali meningkat pekan lalu. Hingga IMF perlu menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Inggris dari 0.5% yang dirilis bulan April lalu menjadi 0.7% untuk tahun ini. Pemerintahan yang baru di bawah kepemimpinan Perdana Menteri – Keir Stramer menjadi harapan baru akan stabilitas politik dan fiskal yang lebih baik. Hari ini akan dirilis data dari sektor tenaga kerja berupa klaim pengangguran dari Claimant, tingkat pengangguran dan indeks upah rata-rata yang akan menunjukkan kondisi sektor tenaga kerja terkini.