Pelaku Pasar Mungkin Akan Wait'n'See Data Inflasi CPI AS Yang Baru Akan Dirilis Esok Hari

Published on 01/14/2025

Dolar masih cenderung menguat terhadap mata uang lainnya di kisaran level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun yang lalu. Selain karena aktifitas ekonomi yang solid di AS, pelaku pasar juga menunggu data inflasi CPI yang baru akan dirilis besok ini. Dengan perkiraan inflasi kembali naik dari 2.7% menjadi 2.9% yang semakin menjauh dari target Fed 2%.

Dolar meski tertahan, namun masih cenderung menguat terhadap mata uang lainnya di kisaran level tertinggi dalam lebih dari 2 tahun yang lalu karena peluang yang semakin besar bagi Fed untuk menahan diri dari pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut. Hal ini dipicu oleh sentimen positif dari kenaikan di sektor tenaga kerja yang melampaui perkiraan hari Jumat lalu. Selain karena aktifitas ekonomi yang solid di AS tersebut, pelaku pasar juga menunggu data inflasi CPI yang baru akan dirilis besok ini. Dengan perkiraan inflasi kembali naik dari 2.7% menjadi 2.9% yang semakin menjauh dari target Fed 2%. Jika inflasi kembali naik, maka hampir dapat dipastikan Fed akan berhenti memangkas suku bunga acuan terlebih dengan potensi yang lebih besar dari agenda ekonomi dari pemerintahan baru AS di bawah kepemimpinan Trump yang menjabat sebagai Presiden untuk kedua kalinya nanti. Trump akan dilantik secara resmi menjadi Presiden AS pada 20 Januari mendatang. Diperkirakan Trump akan segera menjalankan agenda ekonomi yang dijanjikan dalam kampanye sebelumnya yaitu pengurangan pajak, kenaikan tarif impor dan aturan yang ketat terhadap imigran. Ketiga agenda utama yang dinilai berpotensi tinggi akan mendorong inflasi kembali naik setelah turun bertahap sejak berakhirnya pandemi 2 tahun lalu. Belum lagi harga komoditas energi yang semakin membebani inflasi dengan harga minyak mentah terus naik dalam 4 bulan terakhir dengan Brent sudah menembus $81 per barel dan WTI yang semakin mendekati $79 per barel. Keduanya mendekati level tertinggi sejak Agustus tahun lalu. Dengan kondisi seperti ini, kemungkinan besar Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuan saat ini terlebih kondisi ekonomi yang masih solid dan jauh dari ancaman resesi. Atau setidaknya paling banyak hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1 kali saja sepanjang tahun ini. Pertemuan moneter FOMC dijadwalkan pada 30 Januari yang hampir dapat dipastikan Fed akan mempertahankan suku bunga acuan karena dampak dari agenda ekonomi Presiden Trump belum terealisasi dalam angka statistik. Hari ini akan dirilis data inflasi dari sisi produsen PPI dengan perkiraan dan pidato dari pejabat Fed yaitu Gubernur Fed Kansas City – Jeffrey Schmid dan Gubernur Fed New York – John Williams.

Yen bergerak menguat terhadap dolar seiring dengan semakin besarnya peluang Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya. Setelah rilis data upah pekan lalu yang naik hingga level tertinggi dalam lebih dari 3 dekade dan potensi akan inflasi yang cenderung meningkat membuka jalan bagi BOJ untuk bertindak. Selain itu agenda ekonomi AS terhadap Jepang juga berpotensi meningkatkan inflasi secara global termasuk di Jepang. Goldman Sachs juga memperkirakan langkah Bank Sentral Jepang (BOJ) selanjutnya adalah menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter 24 Januari mendatang. Neraca keuangan Jepang juga masih cukup sehat dengan surplus 3.03T yang lebih baik dari perkiraan hanya naik 2.59T dari periode sebelumnya 2.41T. Begitu pula dengan sektor perbankan yang masih sehat dengan lending meningkat 3.1% sesuai perkiraan meski data periode sebelumnya direvisi sedikit menurun dari 3.0% menjadi 2.9%.

Euro relatif stabil terhadap dolar karena tertahan oleh penguatan terhadap GBP di hari sebelumnya. Sentimen negatif masih mewarnai kondisi politik dan ekonomi di kawasan ini. Dengan Uni Eropa merupakan salah satu target utama dari Presiden Trump terkait dengan tidak seimbangnya neraca perdagangan. Sehingga kemungkinan akan menerima kenaikan tarif impor yang premium dibandingkan dengan mitra dagang AS lainnya. Kondisi ekonomi juga masih belum pulih sementara inflasi berpeluang untuk kembali meningkat. Sehingga Bank Sentral Eropa (ECB) mau tidak mau masih akan melanjutkan pemangkasan suku bunga acuannya beberapa kali hingga akhir tahun nanti. Perbedaan tingkat suku bunga dengan Fed menjadi salah satu sentimen negatif bagi aset-aset dengan denominasi mata uang Euro. Selain itu ketergantungan terhadap sumber energi dari negara lain membuat daya saing dan daya beli semakin menurun dengan harga komoditas energi yang terus cenderung naik. Hari ini tidak ada data penting yang akan dirilis.

Poundsterling masih cenderung melemah seiring dengan dolar yang masih menguat sementara data ekonomi di Inggris yang belakangan ini cenderung menurun. Terlebih dengan defisit anggaran yang semakin membengkak. Meski demikian Perdana Menteri Inggris - Keir Starmer masih optimis dengan rencana anggaran Menteri Keuangan - Rachel Reeves yang mengajukan program kerja yang berupaya untuk menyeimbangkan neraca anggaran dengan pendapatan melalui pajak dalam jangka waktu 1 dekade mendatang. Untuk saat ini yang masih dalam tahap awal, hal tersebut sepertinya akan sulit untuk dicapai tapi diharapkan secara bertahap akan lancar seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi ekonomi yang semakin membaik. Dengan kondisi ekonomi yang cenderung menurun, Bank Sentral Inggris (BOE) diperkirakan akan mulai mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga acuannya lagi. Terlebih dengan inflasi yang kemungkin besar akan kembali naik akibat agenda Trump yang akan segera diberlakukan. Data inflasi baru akan dirilis pada hari Rabu esok hari.

Cek info lain di:
https://agrodana-futures.com/
https://t.me/AGROdanaOFFICIAL
https://instagram.com/agrodanafuturesofficial
https://www.youtube.com/c/agrodanafuturesofficial