Kekhawatiran ekonomi global membuat dolar kembali menjadi safe haven

Published on 09/06/2023

Dolar kembali menguat terhadap mata uang lainnya hingga level tertinggi dalam beberapa waktu terakhir setelah US Market kembali beroperasi normal seperti biasa. Penguatan ini terjadi karena kekhawatiran akan pelambatan ekonomi secara global setelah data aktifitas bisnis di China dan Eropa mengalami penurunan. Aktifitas sektor jasa di China meski naik namun kenaikannya merupakan yang terendah dalam 8 bulan terakhir ini. Sejumlah stimulus ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintah China belum dapat membalikkan kondisi ekonomi yang sedang dalam fase deflasi saat ini. Begitu pula yang terjadi di Eropa dengan data yang sama mengecewakan di bawah perkiraan dan masih dalam zona kontraksi di bawah ambang batas 50. Sementara dolar Australia juga melemah setelah Bank Sentral Australia (RBA) dalam pertemuan moneter kemarin memilih untuk melakukan jeda dan mempertahankan kenaikan suku bunga acuan untuk ketiga kalinya. Diperkirakan RBA akan segera mengakhiri pengetatan moneter dalam waktu dekat. Pasar juga merespon pernyataan dari Gubernur Fed – Christopher Waller yang semalam mengatakan data ekonomi yang rilis akhir-akhir ini memberi Fed ruang untuk melihat apakah masih perlu menaikkan suku bunga acuan lagi, walau Waller juga menyatakan saat ini tidak ada yang mengharuskan hal tersebut. Sebelum ini spekulasi pasar meyakini bahwa Fed sudah selesai menjalankan siklus kenaikan suku bunga acuan. Namun Waller memperingatkan agar tidak membenarkan asumsi tersebut mengingat bahwa Fed sebelumnya pernah terpukul oleh data yang tampaknya menunjukkan penurunan inflasi namun ternyata tekanan harga kembali meningkat melampaui perkiraan. Komentar ini menimbulkan kembali peluang Fed untuk meneruskan pengetatan langkah moneternya. Terlebih dengan harga minyak mentah dunia yang melambung saat ini berpotensi mendorong angka inflasi kembali naik. Satu-satunya data di AS yang dirilis semalam berupa Factory Order meski mengalami penurunan ke -2.1% namun tidak seburuk perkiraan turun -2.5% dari periode sebelumnya +2.3%. Hari ini akan dirilis data PMI di sektor jasa dari ISM dan S&P, data Optimisme Ekonomi dari IBD/TIPP dan laporan Fed perihal perkembangan ekonomi di 12 negara bagian dalam Beige Book serta pidato dari Gubernur Fed Dallas – Lorie Logan.

Euro melemah terhadap dolar hingga mendekati level terendah dalam 3 bulan terakhir. Data aktifitas bisnis sektor jasa PMI di Uni Eropa secara keseluruhan turun ke 47.9 yang lebih rendah dari perkiraan stabil di 48.3 sama seperti periode sebelumnya. Data sektor jasa yang sama di 4 negara utama Uni Eropa yaitu Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol mengalami kontraksi dan semakin menjauh dari ambang batas ekpansif 50. Sebagian pengamat pasar menerjemahkan data ini sebagai tanda-tanda terjadinya resesi di kawasan ini. Hal ini tentu akan menjadi beban tersendiri bagi Bank Sentral Eropa (ECB) untuk meneruskan langkah pengetatan ekonomi dalam melawan inflasi yang masih tinggi saat ini. Hari ini akan dirilis data Factory Order di Jerman dan data Retail Sales Uni Eropa secara keseluruhan.

Poundsterling juga semakin melemah terhadap dolar meskipun data di sektor jasa menunjukkan peningkatan ke 49.5 mendekati ambang ekspansif, yang melampaui perkiraan stabil sama seperti periode sebelumnya 48.7. Sebelumnya data di sektor manufaktur juga meningkat bahkan lebih baik dari data pra pandemik yang lalu. Namun secara komposit data PMI mengalami penurunan menjadi 48.6 dengan data periode sebelumnya direvisi naik dari 47.9 menjadi 50.8. Bank Sentral Inggris (BOE) diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuannya setidaknya 1 kali lagi pada pertemuan moneter bulan ini. Hari ini akan dirilis data PMI di sektor konstruksi dan dengar pendapat pejabat BOE di depan parlemen Inggris.