Pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) dan data Retail Sales AS jadi fokus pasar malam ini

Published on 09/14/2023

Dolar rebound kembali menguat terhadap mata uang lainnya paska data CPI yang menunjukkan terjadinya peningkatan, namun tidak diharapkan merubah ekspektasi akan Fed untuk melakukan jeda kenaikan suku bunga acuannya pekan depan. Inflasi di AS mengalami kenaikan seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia dari 0.2% menjadi 0.6% sesuai perkiraan. Data Core CPI yang tidak menyertakan komponen BBM dan bahan pangan hanya mengalami sedikit kenaikan dari 0.2% menjadi 0.3%. Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu CPI juga meningkat dari 3.2% menjadi 3.7% yang lebih tinggi dari perkiraan naik 3.6%. Sedangkan data Core CPI-nya juga naik menjadi 4.7% yang lebih tinggi dari perkiraan sama seperti periode sebelumnya 4.3%. Ini merupakan kenaikan angka inflasi. Meski inflasi kembali naik dengan kenaikan tertinggi sejak Juni tahun lalu, namun laju kenaikannya tidak terlalu banyak merubah arah inflasi yang cenderung menurun. Dan dengan persepsi pasar yang lebih dari 95% Fed akan melakukan jeda, maka angka kenaikan tersebut tidak banyak berpengaruh pada persepsi tersebut. Fed dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter FOMC pada 19-20 September pekan depan dengan agenda mempertahankan suku bunga acuan saat ini. Dan diperkirakan Fed baru akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan moneter di bulan November mendatang dengan peluang yang semakin menurun dari sebelumnya 41.1% menjadi hanya 40.8%. Hari ini akan dirilis data inflasi dari sisi produsen PPI dan juga data Retail Sales yang akan memberikan gambaran lebih jelas dampak dari kenaikan suku bunga acuan Fed terhadap daya beli rakyat AS serta laporan mingguan klaim pengangguran.

Euro berlanjut melemah terhadap dolar menjelang pertemuan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) malam ini. Diperkirakan ECB masih akan mempertahankan suku bunga acuannya saat ini seiring dengan aktifitas ekonomi di kawasan ini mengalami penurunan lebih cepat dari yang diperkiraan. Daya beli penduduk Uni Eropa mengalami penurunan seiring dengan suku bunga acuan yang tinggi. Begitu pula dengan sektor manufaktur yang mengalami penurunan terbanyak sejak pertengahan tahun 2022 yang lalu. Meski kedua faktor ini secara teori akan menekan inflasi, namun sejauh ini belum berlaku. Inflasi di kawasan ini diperkirakan masih akan di atas angka 3% untuk tahun 2024 mendatang. Pengumuman hasil pertemuan moneter ECB dijadwalkan pada 19:15 dan konferensi pers dari Presiden ECB – Christine Lagarde dijadwalkan 30 menit kemudian.

Poundsterling juga melemah terhadap dolar seiring dengan data pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan ekonomi di Inggris berlanjut mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi GDP di Inggris mengalami penurunan tajam dari +0.5% menjadi -0.5%  yang lebih rendah dari perkiraan -0.2%. Ini merupakan penurunan terbanyak dalam 7 bulan terakhir atau sejak Desember tahun lalu seiring dengan cuaca buruk dan juga aksi demo mogok kerja di Inggris. Dengan kondisi ekonomi seperti ini semakin mempersempit ruang bagi Bank Sentral Inggris (BOE) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. Meski demikian dengan inflasi yang relatif masih tinggi diperkirakan BOE masih akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter pekan depan setelah FOMC.