FOMC Meeting Dimulai, Emas dan Forex Memanfaatkan Pelemahan Dolar

Published on 09/19/2023

Gold (Emas)

Dolar mulai terkoreksi turun di sesi perdagangan hari Senin, seiring penurunan yang juga terjadi pada imbal hasil Treasury AS 10-tahun. Sentimen Pembangun rumah di AS secara mengejutkan menunjukkan pelemahan. Emas mampu naik dan berada di atas zona psikologis 1932

Penggerak Pasar

Sentimen pembangun rumah di AS menunjukkan penurunan. Data NAHB Home Builder dirilis di angka 45, lebih rendah dari ekspektasi 50. Meski data jarang menjadi penggerak sentimen market, tapi data tersebut setidaknya mulai menunjukkan pengaruh dari kenaikan suku bunga yang menekan minat beli. Pembeli yang prospektif berada di 30 vs sebelumnya 35.

Obligasi AS mendapat sorotan khusus saat awal pembukaan Asia setelah imbal hasil sebelumnya naik di 2 hari terakhir. Di sesi akhir perdagangan NY, imbal hasil jangka panjang bergerak turun sehingga dolar pun ikut terkoreksi. Tidak mengagetkan memang, karena penurunan terjadi di hari Senin setelah beberapa hari terakhir di minggu lalu terus mengalami kenaikan. Dan sampai saat ini pasar masih menunggu keputusan dari Federal Reserve yang mulai pertemuan 2 harinya sejak hari ini dan dijadwalkan mengumumkan hasil keputusan besok malam atau Kamis dinihari waktu Indonesia.

Aksi Mogok Pusingkan Powell

Analis Bank Montreal mengatakan aksi mogok pekerja otomotif akan memperburuk inflasi. Aksi mogok tersebut akan berdampak pada naiknya harga mobil baru yang diikuti oleh kenaikan di harga kendaraan bekas. Penjualan saat pandemi terganggu karena kekurangan chip, dan kali ini penjualan kemungkinan terganggu oleh dampak aksi mogok yang berpotensi membuat kurangnya pasokan kendaraan tersebut. Akibatnya inflasi akan naik.

Dampak terhadap GDP yang digabungkan dengan potensi government shutdown secara signifikan bisa melemahkan kepercayaan terhadap ekonomi di neraca tahun 2023. Belum lagi komponen upah saat para pekerja otomotif mendapatkan paket gaji yang lebih baik nantinya sesuai tuntutan. Powell akan menghadapi tantangan baru dalam upaya menghindari spiral inflasi upah. 

Sementara kenaikan harga minyak menjadi sorotan setelah sentuh level $92 per barel, bahkan Citigroup memperkirakan segera mendekati level $100 dalam waktu dekat. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa Biden ingin membuat harga bensin terjangkau. Pasar membaca situasi tersebut bahwa AS bisa saja mulai kembali memainkan cadangan minyak strategisnya untuk meredam kenaikan minyak.

Yellen menilai inflasi AS lebih rendah dan pasar tenaga kerja mendingin meskipun tanpa PHK yang signifikan. Belanja konsumen tetap kuat. Jika harga minyak tetap tinggi, maka pasar kemungkinan bukan lagi mempertimbangkan tentang potensi pemangkasan suku bunga di 2024, melainkan lebih banyak kenaikan suku bunga di 2024 karena harga minyak yang terus naik. Dan semakin dipusingkan dengan perekonomian yang terus melemah. 

GBPUSD

Penurunan mulai terbatas, kenaikan pun masih enggan lebih tinggi. Poundsterling sedikit bisa bernafas lega karena dolar yang mulai menunjukkan tanda-tanda koreksi turun. Tapi fokus utama tetap pada inflasi Inggris di hari Rabu dan keputusan BOE di hari Kamis.

Tekanan Dolar sedikit berkurang

Bisa saja kenaikan atau penguatan pound ini hanya sekedar bantuan faktor eksternal seperti melemahnya dolar. Meski demikian, pelemahan dolar juga belum bisa dipastikan karena pasar saat ini masih menunggu pengumuman kebijakan moneter Federal Reserve yang baru akan dilakukan besok malam atau Kamis dinihari. 

Aksi mogok pekerja sektor otomotif di AS bisa menjadi salah satu pemicu ketidakpastian berikutnya selain naiknya harga minyak mentah WTI. Para pekerja menuntut kenaikan gaji 40%, setara dengan kenaikan gaji rata-rata para CEO dari pemilik otomotif tersebut. Mogok juga berpotensi membuat inflasi kembali naik karena efek dari kelangkaan produksi dan juga kenaikan upah sehingga berpotensi membuat Fed pusing karena harus kembali memikirkan inflasi yang belum mencapai target 2%.

Jika terus menerus berjalan seperti ini, ditambah dengan harga minyak yang juga cenderung naik, maka Fed bisa saja tetap berjalan di jalur kenaikan suku bunga sehingga dolar berpeluang kembali menguat terhadap sejumlah mata uang rival, seperti GBP.

Goldman Sachs Melihat Peluang 25 bps dari BOE

Goldman Sachs melihat BOE kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, sejalan dengan konsensus. Meski demikian GS melihat panduan dovish ke depan dari BOE.

Para pembuat kebijakan sudah mengisyaratkan preferensi untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan menerapkan kenaikan tambahan. Di sisi lain, hal ini wajar karena ekonomi Inggris mengalami perlambatan meskipun inflasi masih terlalu tinggi, 6.8% versus target 2%.

GS menambahkan bahwa untuk mendapatkan GBP yang menguat secara signifikan, maka ekonomi di Eropa dan Inggris harus membaik dan kebijakan BOE harus lebih hawkish, dan sepertinya kedua hal tersebut sulit terjadi dalam waktu dekat.

Ikuti Market Updata dan Tekhnikal Analisisnya di Youtube Agrodana.

BANNER YOUTUBESumber : Forexlive, Reuters