Suku bunga Fed yang tinggi berpeluang akan bertahan lebih lama dari perkiraan

Published on 09/26/2023

Dolar masih cenderung terus menguat hingga menyentuh level tertinggi dalam beberapa bulan lalu terhadap mata uang lainnya seiring dengan indikasi suku bunga acuan Fed masih akan bertahan tinggi dalam waktu yang lebih lama. Sejumlah pejabat Fed paska pertemuan moneter FOMC pekan lalu menyuarakan inflasi yang masih tinggi di atas target. Senada dengan sejawat lainnya, Gubernur Fed Chicago – Austan Goolsbee semalam mengatakan inflasi masih tertahan di atas target 2% Fed sehingga masih berpotensi menahan langkah Fed untuk memperlambat ekonomi. Sementara Gubernur Fed Mineapolis – Neel Kashkari di tempat berbeda mengatakan masih banyak pekerjaan rumah Fed seiring dengan resiko inflasi di sektor jasa. Kedua komentar tersebut semakin membuat spekulasi bahwa masih adanya adanya peluang kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut dan kemungkinan suku bunga acuan akan dipertahankan lebih lama dari perkiraan hingga mencapai target yang diharapkan. Selain karena indikasi tersebut, penguatan dolar terhadap mata uang Yen juga didukung oleh sikap pejabat Bank Sentral Jepang (BOJ) yang tetap tidak bergeming dengan kebijakan ultra longgar dengan mempertahankan suku bunga negatifnya. Sikap ini dinilai tidak terlalu penting untuk segera meluncurkan program stimulus yang baru. Gubernur BOJ – Kazuo Ueda dalam pidato kemarin  kembali mengulang pernyataan tersebut dengan mengatakan belum ada tanda-tanda inflasi menjadi stabil sehingga BOJ akan melanjutkan kebijakan moneternya saat ini. Ueda juga mengatakan tidak akan secara langsung menargetkan mata uang dalam menjalankan kebijakan moneter. Komentar ini membuat mata uang Yen semakin melemah hingga level 148.97 yang merupakan level tertinggi sejak 25 Oktober tahun lalu. Dengan hanya sedikit lagi menyentuh level 150 di mana spekulasi memperkirakan BOJ akan melakukan intervensi. Mata uang Yen juga semakin melemah seiring dengan perbedaan yield obligasi pemerintah AS yang melonjak tajam dengan obligasi pemerintah Jepang yang melebar hingga 382 bps yang merupakan perbedaan terbesar sejak 10 November tahun lalu. Hari ini akan dirilis data kepercayaan konsumen dan indeks manufaktur negara bagian Richmond serta data dari sektor perumahan.

Euro melemah tajam terhadap dolar hingga di bawah level 1.06 atau lebih tepatnya hingga level 1.0575 yang merupakan level terendah sejak 16 Maret yang lalu. Meskipun fundamental ekonomi relatif membaik dengan data iklim bisnis di Jerman meningkat dari 85.8 menjadi 85.7 yang melampaui perkiraan turun 85.1. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) – Christine Lagarde dalam pidato semalam mengatakan belum saatnya membahas pemangkasan suku bunga dan juga ancaman resesi di kawasan ini. Namun Lagarde tidak memberikan sinyal bahwa ECB akan kembali menaikkan suku bunga acuannya lebih lanjut. Sehingga spekulasi di pasar memperkirakan ECB tidak lagi akan menaikkan suku bunga acuannya. Pejabat ECB – Martins Kazaks mengatakan kenaikan suku bunga acuan di bulan September ini memungkinkan untuk melakukan jeda pada pertemuan moneter berikutnya di bulan November yang akan datang. Sedangkan pejabat ECB lainnya – Isabel Schnabel mengatakan inflasi masih belum tentu arahnya. Hari ini tidak ada data yang akan dirilis.

Poundsterling juga semakin melemah terhadap dolar hingga ke level terendah dalam 6 bulan terakhir dan terhadap Euro ke level terendah dalam 4 bulan terakhir. Mengabaikan data ekonomi yang positif yaitu data Realized Sales yang meningkat tajam dari -44 menjadi -14 yang jauh lebih baik dari perkiraan hanya membaik -33. Pekan lalu Bank Sentral Inggris (BOE) diluar perkiraan melakukan jeda kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya sejak Desember tahun 2021 lalu. Kondisi ekonomi yang masih terus cenderung menurun membuat ruang gerak BOE menjadi semakin sempit. Data aktifitas bisnis PMI baik di sektor manufaktur maupun di sektor jasa mengalami kontraksi masih menjadi patokan akan kondisi ekonomi di Inggris secara umum. Hari ini tidak ada data yang akan dirilis.