Bulletin Q2 2024

Published on 04/02/2024

Agrodana bulletin Q2 2024. Top trade picks Dollar Yen and many more. Hot Topics Q2 2024 Global Economic Recoveryn? Our Free swap is extended

Quarterly Bulletin

BULLETIN Q2 2024

Bulletin Q2 2024

Sekapur Sirih

Salam sehat dan sejahtera bagi kita semua,

Puji dan syukur kepada Tuhan YME, Pemilu di Indonesia telah berlangsung dengan lancar, aman dan damai walaupun ada kekurangan di beberapa hal. Perlu kiranya situasi yang aman ini tetap terjalin sehingga membuat perekonomian Indonesia semakin menggeliat. Agrodana Futures selalu berkomitmen untuk mendukung program literasi keuangan masyarakat Indonesia dengan mengadakan berbagai kegiatan edukasi maupun seminar secara konsisten, bekerjasama dengan Bursa ICDX maupun berbagai Universitas di Indonesia.

Di samping itu Agrodana juga turut memanfaatkan kemajuan teknologi Artificial Intelligence untuk membantu para nasabah dengan menyiapkan AI Trading Signal yang bisa dimanfaatkan secara gratis oleh para nasabah. Semua ini ditujukan untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada Masyarakat Indonesia. Akhir kata dalam bulan yang suci ini izinkan kami mengucapkan:

“SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1445H, MOHON MAAF LAHIR & BATIN”

Salam,
Laurentius Gunawan
Direktur Utama

gun-bulletin

Daftar Isi

02

Hot Topic Q2 2024

06

USDJPY - DollarYen

10

Price Action Trading

11

AI Dalam Trading

15

Trend Pasar & Faktor Yang Mempengaruhinya

HOT TOPIC Q2 2024

Tahap Terakhir Pemulihan Ekonomi Global


Federal Reserve dan bank sentral di seluruh dunia hingga saat ini telah berhasil dalam perang melawan inflasi. Angka inflasi sudah turun cukup banyak dari sejak pandemi dan semakin mendekati target inflasi di angka 2%. Meski demikian angka inflasi yang sudah turun cukup tajam di tahun 2023 lalu kembali naik di kuartal pertama tahun 2024 ini. Naiknya angka inflasi terjadi seiring dengan tingkat upah yang terus cenderung meningkat serta aktifitas ekonomi yang masih cukup ekspansif di sektor jasa. Kondisi ini membuat sejumlah bank sentral memutuskan belum saatnya untuk memangkas suku bunga acuan dan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. Pertumbuhan ekonomi di AS masih cenderung meningkat dan Fed diyakini dapat mencapai soft landing meski agak terhambat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa & Inggris masih cenderung bergerak sangat perlahan.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain termasuk di negara berkembang juga relatif melambat. Pertumbuhan ekonomi di belahan dunia selain AS yang menurun menyebabkan terjadinya kendala rantai pasokan. Hal ini berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di China sebagai ekonomi terbesar kedua sehingga justru mengalami kemunduran. Tidak itu saja, China juga saat ini mengalami deflasi. Sehingga pemerintah China saat ini perlu segera mempersiapkan stimulus untuk mendongkrak ekonominya.

Berbeda dengan Jepang yang sudah sekian lama menerapkan kebijakan moneter ultra longgar. Dengan inflasi yang jauh lebih rendah dari negara maju lainnya namun juga menghadapi pertumbuhan yang ikut melambat sehingga langkah moneter Bank Sentral Jepang (BOJ) yang perlu dilakukan adalah meninggalkan suku bunga negatifnya. Bertepatan dengan Shunto yaitu negosiasi upah musim semi di Jepang antara serikat pekerja dengan perusahaan. Serikat pekerja Rengo meminta kenaikan upah sebanyak 5% dan mendapat respon positif. Kenaikan upah ini menjadi counterbalance rencana kenaikan suku bunga BOJ tersebut.

Dan dengan selesainya negosiasi, BOJ tidak lagi ragu meninggalkan suku bunga negatif dengan menaikkan suku bunga sebanyak 10 bps dari –0.1% menjadi 0.0% pada pertemuan moneter di bulan Maret lalu.

Harga energi yang mendasari inflasi bersama indikator lain yang menurun menjadi dasar akan turunnya inflasi mendekati 2% di seluruh negara maju yang diperkirakan akan tercapai pada pertengahan tahun ini. Sehingga sebagian besar bank sentral akan merasa cukup nyaman untuk mulai menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Bank Sentral Swiss (SNB) di antara negara maju dan Bank Sentral Mexico (Banxico) diantara negara berkembang yang sudah mendahului bank sentral lainnya dengan menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada pertemuan moneter di bulan Maret lalu. Hal ini memberikan keyakinan kepada bank sentral lainnya bahwa untuk menurunkan suku bunga acuan tidak perlu menunggu Fed menurunkan suku bunga acuannya terlebih dahulu.

Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan moneter di bulan Juni mendatang. Sedangkan Bank Sentral Inggris (BOE) diperkirakan akan menurunkan suku bunga paling akhir diantara negara maju yaitu pada pertemuan moneter di bulan Agustus mendatang. Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga dengan akumulasi sebanyak 75 bps di tahun 2024 ini dan akan dilanjutkan di tahun 2025 mendatang. Sehingga Fed akan mengakhiri siklus penurunan suku bunga acuan di kisaran 2%-3%. ECB diperkirakan juga akan memangkas 3x suku bunga sama seperti Fed di tahun ini.

Sedangkan BOE karena paling akhir menurunkan suku bunga mungkin hanya 2x, lebih sedikit dibandingkan kedua bank sentral sebelumnya. Dan Bank Sentral Jepang (BOJ) yang sudah meninggalkan suku bunga negatifnya dan menaikkan sebanyak 10 bps diperkirakan akan mempertahankan kondisi finansial yang akomodatif ini untuk sementara waktu. Sementara Bank Sentral China (PBOC) yang baru saja menghadapi deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang cenderung menurun kemungkinan akan mendongkrak ekonomi dengan stimulus dan optimis deflasi akan segera berakhir. Ekonomi Global diperkirakan akan pulih lebih baik dari perkiraan di awal tahun yang pesimis. Ekonomi AS di awal tahun 2024 terus meningkat di tengah kenaikan suku bunga acuan yang terus naik selama 2 tahun terakhir. Sejumlah indikator ekonomi seperti aktifitas bisnis, sektor tenaga kerja, sentimen ekonomi dan inflasi hampir semuanya berjalan sesuai yang diharapkan bahkan sebagian melampauinya. Dominasi ekonomi AS diharapkan akan menjadi pendorong pemulihan ekonomi global menuju soft landing. Berikut prakiraan ekonomi dari abrdn.com

AS - Ekonomi di AS dapat dipastikan akan terhindar dari resesi dan mengalami soft landing. Aktifitas ekonomi terbukti tetap berjalan cukup meningkat didorong oleh daya beli konsumen dan neraca keuangan perusahaan yang tetap kuat, lonjakan supply yang positif serta insentif fiskal yang longgar. Kemudahan tersebut diperkirakan akan semakin berkurang di tahun 2024 ini sehingga pertumbuhan ekonomi secara perlahan semakin menurun di tahun 2025 mendatang. Namun kondisi keuangan yang semakin longgar diharapkan dapat mencegah terjadinya gangguan yang fatal terhadap ekonomi. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat kembali meningkat di tahun 2026 yang akan datang. Inflasi CPI juga diperkirakan semakin terkendali sehingga suku bunga Fed dapat diturunkan secara bertahap seperti terlihat pada tabel diatas.

Inggris dan Uni Eropa - Inggris mengalami resesi ringan dan Uni Eropa mengalami resesi secara teknikal di mana dalam 2 kuartal berturut-turut GDP mengalami negatif. Pemulihan ekonomi di kedua wilayah tersebut diharapkan akan berjalan baik walau cukup lambat ditahun ini. Sehingga pertumbuhan ekonomi diharapkan meningkat di tahun 2024 dengan dukungan sejumlah kebijakan fiskal yang cukup supportif. Inflasi hanya sedikit diatas diatas target 2% dan suku bunga acuan juga semakin turun.

Jepang - Pertumbuhan ekonomi Jepang di tahun 2024 ini diperkirakan mengalami penurunan seiring dengan resesi teknikal yang terjadi di paruh kedua tahun sebelumnya. Penurunan ini dirasakan oleh rumah tangga, namun dengan berhasilnya negosiasi gaji diharapkan dapat kembali meningkatkan konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi akan kembali pulih di tahun 2025 mendatang seiring dengan perubahan kebijakan moneter Bank Sentral Jepang (BOJ). Inflasi juga diperkirakan akan semakin menurun sedangkan kebijakan moneter sepertinya akan tetap dipertahankan hingga tahun 2026 yang akan datang. Meskipun BOJ sempat menyatakan kebijakan moneter akan berubah sejalan dengan fundamental ekonomi. Namun sepertinya tidak terlalu yakin akan hal tersebut terlebih dengan bank sentral utama lainnya sudah mulai menurunkan suku bunga acuannya masing-masing.

China - Pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 melampaui target pemerintah China yang hanya 5%. Naiknya pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh stimulus ekonomi berupa diluncurkannya obligasi jangka ultra panjang senilai 1 Triliun Yuan. Namun di tahun 2024 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan kembali turun seiring dengan krisis real estate yang masih menjadi beban ekonomi saat ini. Inflasi di China yang bulan Januari lalu turun menjadi negatif - deflasi meskipun dibandingkan tahun sebelumnya masih positif 0.8%. Di kuartal kedua tahun 2024 ini diperkirakan akan meningkat dan meninggalkan zona deflasi seiring dengan stimulus ekonomi yang terus diluncurkan oleh pemerintah China. Sehingga inflasi tahunan diperkirakan akan terus naik. Bank Sentral China (PBOC) baru-baru ini menurunkan rasio cadangan wajib sebanyak 50 bps dan juga memangkas 25 bps Loan Prime Rate jangka 5 tahunnya diharapkan akan menjaga sistem keuangan tetap dalam kondisi akomodatif.

Ancaman Politik & Geopolitik
Prakiraan ekonomi diatas berdasarkan asumsi tidak ada perubahan dalam struktur pemerintahan maupun konflik antar bangsa. Perubahan pucuk pimpinan pemerintahan dan juga ketegangan geopolitik dapat mendistorsi prakiraan tersebut. Invasi Rusia ke wilayah Ukraina masih belum mereda, bahkan diperkirakan akan bertahan lama terlebih setelah Vladimir Putin kembali terpilih sebagai Presiden Rusia dalam pemilu bulan Maret lalu di Rusia dengan perolehan suara mencapai 87.3%. Pihak barat menyatakan hasil pemilu tersebut tidak sah karena dilakukan dengan tidak bebas dan tidak adil. Namun Presiden China - XI Jinping, PM India - Narendra Modi dan pimpinan Iran dan Korea Utara memberi pengakuan dengan mengucapkan selamat kepada Putin. Hasil resmi menunjukkan tingkat dukungan tertinggi bagi Putin terdapat di wilayah Utara di Chechnya dan Dagestan serta di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina yang dikuasai Rusia.

Di AS - terbuka peluang akan kembalinya Donald Trump untuk maju dalam pemilu mendatang sangat berpotensi mengubah arah ekonomi dan moneter. Dalam primary election - Super Tuesday yang diadakan pada bulan Maret lalu yang memilih kandidat yang akan maju pada pemilihan presiden di bulan November mendatang menyisakan Joe Biden dari Partai Demokrat dan Donald Trump mewakili Partai Republik.

208721(1)

Keduanya merupakan kandidat presiden pada pemilu sebelumnya di tahun 2020 lalu yang dimenangkan Joe Biden. Kini keduanya kembali berhadapan head-to-head. Dalam beberapa polling yang diadakan kali ini Donald Trump memenangkan dengan margin yang tipis.

Jika Trump kembali menjadi presiden maka akan banyak kebijakan ekonomi yang tidak populer termasuk sikap anti China dengan pengenaan tarif import tinggi yang hampir dapat dipastikan mengganggu perdagangan internasional dan rantai supply secara global. Pada masa pemerintahan Trump terdahulu pajak impor dinaikkan sebanyak 10% namun khusus untuk produk China dikenakan 6x lebih banyak yaitu 60%. Dan masih banyak kebijakan yang tidak populer lainnya.
Selain itu, konflik di Gaza antara Israel dan Hamas mulai meluas hingga Laut Merah, pencegatan dan pembajakan kapal cargo masih berpotensi menaikkan harga energi yang akan kembali mendongkrak inflasi. Sejumlah upaya sedang dilakukan untuk meredakan ketegangan di wilayah ini dengan diintensifkannya gencatan senjata dan upaya perdamaian melalui meja perundingan. Namun tentu saja perundingan tersebut masih berpotensi mengalami dead lock dan akan kembali ke konflik di medan pertempuran dan akan mempengaruhi stabilitas keamanan dan ekonomi secara global.

TOP TRADE PICKS Q2 2024

USDJPY Terancam Cetak High Baru, BOJ ‘Terlambat’ Beraksi?


Jepang akhirnya keluar dari suku bunga negatif yang sudah mencengkeram sejak September 2016. Ini adalah pertama kalinya Jepang berada di zona inflasi setelah beberapa dekade dalam deflasi. Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, berjanji menaikkan suku bunga jika inflasi mencapai target 2% dan stabil disertai dengan kenaikan upah di atas inflasi untuk memicu permintaan domestik yang lemah. Dan di pertemuan BOJ bulan Maret saat itu diumumkan kenaikan suku bunga dari -0.10% menjadi kisaran 0%-0.10%, diikuti juga dengan penghapusan Yield Curve Control (YCC) yang selama ini diberlakukan untuk menahan inflasi stabil mencapai target 2%.

Gagal Dorong Penguatan Yen
Kenaikan upah rata-rata disetujui oleh Federasi Bisnis Jepang di angka 5.25%, yang terbesar sepanjang 30 tahun terakhir, juga lebih besar dibanding kenaikan 2023 yang hanya 3.8%. Angka ini setidaknya mendorong BOJ untuk menaikkan suku bunganya di pertemuan 18-19 Maret 2024 yang lalu. Gubernur BOJ Kazuo Ueda memenuhi janjinya untuk menaikkan suku bunga dari -0.10% menjadi kisaran 0.0%-0.10%, juga didukung dengan dihilangkannya YCC. Dalam pengumumannya, BOJ tetap melanjutkan pembelian obligasi pemerintah (JGB) dengan jumlah yang kira-kira sama seperti sebelumnya. Dan jika terjadi kenaikan dalam imbal hasil (Yield), BOJ akan melakukan respon yang cepat dengan meningkatkan pembelian JGB. BOJ juga bertahap mengurangi pembelian obligasi korporasi dan menghentikannya dalam waktu sekitar satu tahun.
Tapi pengumuman tersebut ternyata gagal membuat Yen menguat terhadap Dolar AS lebih lanjut. Reaksi pasar tidak terduga. Penurunan USDJPY cenderung terbatas, bahkan bisa dibilang tidak cukup meyakinkan karena hanya sempat turun sampai 150.25. Pasar diperkirakan sudah mengantisipasi lebih dulu pengumuman jauh-jauh hari, di mana tercatat level terendah sempat sentuh 146.470 di tanggal 11 Maret 2024, sekitar 1 minggu sebelum BOJ umumkan kenaikan suku bunga.

Goldman Sachs Update Proyeksi Terbaru
Tiga hari berselang, di tanggal 24 Maret 2024, Goldman Sachs memperbarui proyeksi mereka untuk USDJPY. Sebelumnya mereka perkirakan USDJPY bergerak ke 145 dalam 3 bulan. Tapi proyeksi terbaru di upgrade menjadi 155 dalam 3 bulan ke depan. Revisi tersebut muncul meski pejabat keuangan tertinggi Jepang semakin intensifkan intervensi verbal yang menandakan kewaspadaan yang lebih tinggi atas pergerakan spekulatif yang melemahkan yen.
Proyeksi terbaru Goldman Sachs untuk kurs USDJPY dengan target 155 dalam 3 bulan, lalu menetap di 150 setelah 6 bulan dan turun di 145 setelah 1 tahun. Goldman Sachs menilai kondisi risiko makro yang jinak, juga mengabaikan penurunan suku bunga Federal Reserve yang kemungkinan bisa mendukung yen, dan permintaan yen sebagai safe haven yang rendah karena potensi resesi AS yang lebih rendah.

Outlook 2024
Pasar menantikan kebijakan kenaikan suku bunga berikutnya dari BOJ yang diperkirakan baru akan terjadi di bulan Oktober. Beberapa analis menilai peluang kenaikan berikutnya akan berjalan lamban sehingga memperkirakan Juli dan Oktober sebagai bulan yang potensial, namun mayoritas setuju Oktober jauh lebih potensial.

Intervensi verbal yang biasa dilakukan pejabat berwenang diperkirakan kurang mampu mencegah kenaikan lebih lanjut dari USDJPY. Reaksi pasar biasanya terbatas 70-100 poin pergerakan selama intervensi verbal dijalankan tanpa intervensi fisik atau real yang melibatkan penjualan dolar AS lebih banyak sehingga yen mampu menguat terhadap dolar (USDJP turun).

TECHNICAL OUTLOOK

2 Cara Melihat Weekly Chart

Daily chart, harga menyusun formasi Higher Low sejak Desember 2022 hingga November 2023. Setelah itu terjadi koreksi yang cukup dalam pada 29 Desember 2023, tapi tidak lebih rendah dari low 13 Juli 2023. Selanjutnya harga mendekati area tertinggi November 2023. Koreksi saat pengumuman BOJ di 19 Maret 2024 gagal turun lebih dalam karena pasar mengantisipasi 1 minggu sebelumnya. Dengan kondisi harga sudah berada di atas FR 0% 150.872, maka satu-satunya resistance saat ini adalah 151.920 (high 21 Oktober 2022). Jika area ini ditembus, maka kita akan mendapatkan level baru di kisaran 153.022 (FE 61.8%), dan terjauh berikutnya FE 100% di 157.067, beberapa poin di atas target 3 bulanan Goldman Sachs 155. Intervensi BOJ diperkirakan akan berdampak terbatas, dan MA 200 di 146.793 diperkirakan akan menghambat penurunan secara teknis, dan selama area ini tidak ditembus, maka USDJPY akan cenderung kembali naik.

Penurunan diperkirakan baru efektif jika support 146 dan 140 berhasil ditembus. Potensi kebijakan BOJ berjalan lambat untuk kenaikan berikutnya, maka peluang untuk tembus di atas 152 menjadi hal yang paling memungkinkan di Q2-2024.

Monthly Chart cenderung strong bullish untuk USDJPY. Peluang dari pola Inverse Head & Shoulders sudah membayangi sejak tembus neckline di bulan April 2022, dan bahkan sempat terjadi pullback atau retest neckline di bulan Januari 2023. Namun, kuatnya neckline membuat harga kembali naik berjenjang dan sampai saat ini bertahan di dekat zona high Oktober 2022 di 151.920.

Rekomendasi:

BUY on Dip Area: 1) 148.40 - 149.40
2) 145.50 - 146.50 (opsi Averaging)
Target: 1) 153.00, 2) 157.00
Stop Loss : 143.00

Pendekatan pertama, gunakan Fibonacci Expansion (FE) ditarik dari bottom RS2 di 102.580 ke puncak 151.920, dan swing low terakhir saat retest neckline 127.250 diperoleh proyeksi target kenaikan FE 61.8% di 157.576, dan FE 100% di 176.530. Ini berarti ada risiko bagi yen untuk melanjutkan pelemahan terhadap dolar, terutama jika kebijakan BOJ dipertahankan tetap akomodatif. Dengan asumsi intervensi mata uang tidak lebih tinggi dari yang dilakukan saat November/Desember 2022, maka peluang ini sangat potensial untuk terjadi.

Caution:
Risiko gagal mungkin terjadi, terutama jika harga turun menekan di bawah 146.00, atau jika BOJ maupun MOF benar-benar merealisasikan intervensi dengan menjual dolar dalam jumlah banyak dan bukan intervensi verbal.

Price Action Trading

Analisa Teknikal

Price action menggambarkan karakteristik pergerakan harga suatu instrumen misalnya mata uang. Pergerakan ini sering dianalisis dan dikaitkan dengan perubahan harga instrumen tersebut di masa lalu. Secara sederhana, price action trading adalah teknik yang memungkinkan trader membaca pasar dan membuat keputusan trading secara subjektif berdasarkan pergerakan harga terkini dan aktual, dan tidak terlalu bergantung pada indikator teknikal. Price action trading adalah strategi yang umum dilakukan oleh trader jangka pendek yang dalam keputusan tradingnya cenderung mengandalkan pergerakan harga serta formasi di grafik serta tren pasar.

Bagaimana Trader Dapat Menggunakan Price Action dalam trading?
Price action digunakan untuk menganalisis tren dan mengidentifikasi level harga open dan close saat bertransaksi. Banyak trader menggunakan grafik candlestick untuk menganalisa pergerakan harga sebelumnya, kemudian merencanakan potensi breakout ataupun pola pembalikan harga. Meskipun pergerakan harga sebelumnya tidak menjamin hasil di masa depan, trader sering kali menganalisis pola historis suatu mata uang untuk lebih memahami ke mana arah harga selanjutnya.
Price Action umumnya digambarkan secara grafis dalam bentuk diagram batang atau diagram garis. Ada dua faktor umum yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis price action. Yang pertama adalah mengidentifikasi arah harga, dan yang kedua adalah mengidentifikasi arah volume.

Apa yang dimaksud dengan Price Action Bullish?
Price action bullish adalah indikator yang memberikan sinyal positif bahwa harga suatu instrumen akan mengalami kenaikan di masa depan. Tepatnya, satu tren bullish sering kali ditentukan oleh "higher highs" dan "higher lows". Ini berarti pergerakan harga suatu instrumen baru-baru ini melampaui harga tertinggi dan tetap bertahan setidaknya lebih tinggi dari harga terendah saat ini.

Jika harga suatu instrumen bergerak naik sementara volumenya meningkat, ini berarti terdapat keyakinan yang kuat di pasar karena banyak investor yang membeli pada harga yang meningkat. Alternatifnya, jika volumenya rendah, pergerakan harga mungkin tidak begitu meyakinkan karena tidak banyak investor yang memilih untuk berinvestasi pada tingkat harga saat ini. Dalam mengenali dan menafsirkan tren, breakout, dan pembalikan, banyak trader menggunakan grafik candlestick karena membantu memvisualisasikan pergerakan harga dengan lebih baik dengan menampilkan nilai pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan dalam konteks sesi naik atau turun.
Pola yang terbentuk di grafik Candlestick seperti Harami Cross dan Engulfing adalah contoh teknik price action yang penafsirannya secara visual. Masih banyak lagi formasi candlestick yang dihasilkan dari pergerakan harga untuk memberikan ekspektasi terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya.

Apakah Teknik Price Action Bagus untuk Swing Trading?
Swing trader mengandalkan pergerakan harga. Jika harga tidak berubah, sulit mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan. Secara umum, teknik price action baik untuk swing trader karena trader dapat mengidentifikasi osilasi naik dan turun dan melakukan perdagangan sesuai dengan itu. Menafsirkan Price Action sangat subyektif. Adalah hal yang biasa, antara dua trader mengambil kesimpulan berbeda ketika menganalisis pergerakan harga yang sama. Seorang trader mungkin melihat tren turun yang bearish dan trader lainnya percaya bahwa price action menunjukkan potensi perubahan sementara dalam jangka pendek. Periode waktu yang digunakan juga memiliki pengaruh besar terhadap apa yang dilihat oleh para trader karena suatu mata uang dapat saja mengalami penurunan satu hari tetapi tetap mempertahankan tren naik dari bulan ke bulan.

TRADING TIPS

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM TRADING

Kecerdasan Buatan, sering disebut AI (Artificial Intelligence), adalah cabang ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan sistem yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Tugas-tugas ini termasuk belajar dari pengalaman, penalaran, pemecahan masalah, dan beradaptasi dengan situasi baru. Machine Learning (ML) adalah bagian dari AI yang memberdayakan komputer untuk belajar dari data tanpa diprogram secara eksplisit.

Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam lima tahun terakhir telah mencapai kemajuan besar. Berbagai aplikasi telah memanfaatkan kemampuan AI seperti di bidang permainan, diagnosis medis, mengemudi otonom dan lain sebagainya. Artinya teknologi AI yang dulunya sekedar kajian dan teori berpindah ke dunia nyata. Lebih jauh lagi, AI juga telah dimanfaatkan di bidang ekonomi dan keuangan. Termasuk ikut dalam proses analisa keuangan dan investasi di bidang perdagangan mata uang.

Trader saat ini memiliki beragam teknologi AI yang masing-masing menawarkan kemampuan unik untuk meningkatkan strategi trading mereka. Perdagangan algoritmik, landasan integrasi AI, memberdayakan trader untuk mengeksekusi perdagangan yang telah diprogram berdasarkan kondisi pasar, sehingga membebaskan mereka dari bias emosional. Ini sangat mirip dengan menggunakan robot trading, Analisis prediktif memanfaatkan data historis untuk memperkirakan tren pasar, memungkinkan trader mengambil keputusan berdasarkan informasi mengenai pergerakan harga di masa depan. Hal ini menjadi sangat efektif dalam perdagangan Forex karena banyaknya data yang tersedia untuk analisis prediktif. Analisis prediktif dapat dilakukan tanpa AI, namun AI tentunya dapat meningkatkan prosesnya.

Integrasi AI ke dalam proses perdagangan telah merevolusi cara trader beroperasi. Algoritma berbasis AI mengeksekusi perdagangan dengan presisi, memanfaatkan data pasar real-time dan kriteria yang telah ditentukan untuk memanfaatkan peluang optimal. Hal ini menghilangkan bias emosional, memastikan perdagangan yang disiplin bahkan dalam kondisi yang bergejolak.
AI juga dapat membantu menciptakan strategi dengan menilai volatilitas pasar dan merekomendasikan tingkat stop-loss dan take-profit, sehingga mengurangi eksposur risiko.

AI menggunakan kumpulan data yang sangat besar untuk memberi wawasan dan dapat melakukan penelitian jauh lebih efektif daripada yang trader dapat lakukan.

Pemanfaatan AI memiliki kelebihan, yang pertama adalah dalam hal Pemrosesan Data, dimana AI dapat menangani kumpulan data besar dan perhitungan kompleks dengan cepat dan akurat. Yang kedua adalah Efisiensi, di mana AI dapat digunakan hampir di setiap titik saat trading untuk membuat alur kerja yang lebih efisien. Yang ketiga, meniadakan faktor emosi, sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih disiplin. Keempat, pemantauan 24/7, Sistem AI dapat terus memantau pasar, memungkinkan trader memanfaatkan peluang global di pasar Forex, Komoditas maupun Saham.

Namun AI juga memiliki kekurangan, yaitu pertama, hambatan teknis, menerapkan AI dalam perdagangan memerlukan keahlian dan pemahaman teknis. Yang kedua adalah ketergantungan yang berlebihan dapat menyebabkan kurangnya penilaian pribadi dan kemampuan beradaptasi. Dan yang ketiga adalah ketidakpastian pasar yaitu pergeseran pasar yang cepat dan tidak terduga dapat membingungkan model AI paling canggih sekalipun. AI telah mengantarkan era baru dalam dunia trading, memberdayakan trader dengan alat canggih untuk menavigasi dunia pasar keuangan yang kompleks dan dinamis.

Agrodana Futures juga aktif berpartisipasi dalam perkembangan AI, dan saat ini sudah menyediakan AI Trading Signal bagi nasabah yang bertransaksi Forex maupun Saham. Hasil transaksi menggunakan AI juga cukup lumayan, di pasar forex bisa profit 20% dalam 1 tahun, dan di pasar saham Amerika menghasilkan profit 5% dalam 1 bulan. Segera hubungi kantor Agrodana terdekat atau daftarkan diri Anda melalui www.agrodana-futures.com untuk mendapatkan AI Trading Signal yang disediakan secara gratis.

BASIC KNOWLEDGE

TREND PASAR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Harga emas mengalami kenaikan tajam di bulan Maret 2024, dan menyentuh level tertinggi di USD 2.222 per Troy ounce. Berdasarkan analisa para trader pergerakan emas saat ini sedang dalam kondisi Uptrend atau Trend Naik. Apa yang dimaksud dengan Uptrend dari pergerakan emas saat ini? Kita coba membahas apa yang dimaksud dengan trend dan faktor-faktor yang mendasari orang menyebut suatu instrumen mengalami uptrend ataupun downtrend.
Tren pasar adalah konsep dasar di bidang keuangan dan investasi yang menggambarkan arah umum pergerakan harga mata uang atau harga saham selama periode waktu tertentu. Memahami tren pasar sangat penting bagi investor, pedagang, dan analis karena hal ini menjadi dasar pengambilan keputusan di pasar keuangan. Lalu apa sajakah jenis trend yang ada di pasar?

Tren Naik (Pasar Bullish)
Dalam tren naik, harga umumnya naik seiring berjalannya waktu. Tren ini ditandai dengan serangkaian titik tertinggi dan terendah yang lebih tinggi. Pasar bullish sering dikaitkan dengan sentimen positif investor, pertumbuhan ekonomi, dan optimisme.

Tren Turun (Pasar Bearish)
Dalam tren turun, harga umumnya turun seiring berjalannya waktu. Tren ini ditandai dengan serangkaian nilai tertinggi yang lebih rendah dan nilai terendah yang lebih rendah. Bearish market sering dikaitkan dengan sentimen negatif, kemerosotan ekonomi, dan pesimisme.

Sideways atau range-bound atau sebagian orang menyebutnya non-trending market. Dalam sideways atau range-bound, harga bergerak dalam kisaran harga yang relatif sempit tanpa menunjukkan arah naik atau turun yang jelas. Harga cenderung berfluktuasi dalam kisaran tertentu.

Berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi terbentuknya sebuah tren pasar:

Data ekonomi: Indikator ekonomi, seperti pertumbuhan PDB, tingkat  pengangguran, inflasi, dan sentimen konsumen, dapat berdampak signifikan terhadap tren pasar. Data ekonomi yang positif dapat memicu tren bullish, sedangkan data negatif dapat berkontribusi terhadap tren bearish.

Kebijakan moneter: Bank sentral, melalui keputusan kebijakan moneternya, dapat mempengaruhi tingkat suku bunga dan likuiditas dalam sistem keuangan. Perubahan suku bunga dan kebijakan moneter dapat mempengaruhi tren pasar, khususnya di pasar obligasi dan mata uang.

Peristiwa geopolitik: Perkembangan politik, konflik internasional, dan perselisihan perdagangan dapat menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, yang menyebabkan pergeseran sentimen dan tren pasar. Stabilitas geopolitik dapat mendukung tren bullish, sementara ketegangan geopolitik dapat berkontribusi terhadap tren bearish.

Sentimen pasar: Sentimen kolektif para pelaku pasar, termasuk investor, pedagang, dan institusi, dapat mendorong tren pasar. Sentimen positif dapat menimbulkan tekanan beli dan tren bullish, sedangkan sentimen negatif dapat menimbulkan tekanan jual dan tren bearish.

Dinamika penawaran dan permintaan: Tren pasar dipengaruhi oleh keseimbangan antara penawaran dan permintaan aset. Ketika permintaan melebihi pasokan, harga cenderung naik sehingga menciptakan tren naik. Sebaliknya, ketika pasokan melebihi permintaan, harga cenderung turun sehingga mengakibatkan tren turun.

Demikian sekilas pembahasan tentang tren beserta faktor yang mempengaruhinya.