Pasar masih wait’n’see menunggu data inflasi & hasil pertemuan FOMC esok hari

Published on 06/11/2024

Dolar masih cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya seiring dengan mata uang Euro yang melemah tajam setelah Perdana Menteri Prancis – Emmanuel Macron mengajukan pemilu di Prancis. Langkah drastis ini diambil Macron setelah Partainya mengalami kekalahan dalam pemilihan di Parlemen Eropa. Langkah ini menambah elemen ketidakpastian di tengah kekacauan geopolitik di tempat lain yang akan berdampak terhadap stabilitas ekonomi global. Sebelumnya dolar sudah menguat setelah rilis data Non-Farm Payroll di sektor tenaga kerja yang menguat tajam melampaui perkiraan. Dengan meningkatnya lapangan kerja dan juga upah rata-rata yang mengalami kenaikan maka keduanya berpotensi menahan langkah Fed untuk segera mengakhiri kebijakan moneter yang ketat saat ini. Hari ini pejabat Fed akan memulai pertemuan moneter 2 hari – FOMC dengan perkiraan masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan saat ini. Yang akan dicermati adalah pandangan dan pendapat pejabat Fed akan kondisi ekonomi terkini untuk pengambilan keputusan pada pertemuan moneter selanjutnya. Fed juga akan memberikan update target pertumbuhan ekonomi dan proyeksi suku bunga di masa mendatang yang juga akan dirilis bersamaan dengan hasil pertemuan moneter tersebut. Sebelum itu juga akan dirilis data yang lebih penting yaitu data inflasi CPI yang akan dirilis esok hari sebelum pengumuman hasil pertemuan moneter FOMC. Dengan perkirakan inflasi turun dari bulan sebelumnya namun data Core inflasi relatif masih stabil membuat ekspektasi Fed segera menurunkan suku bunga acuan juga semakin berkurang. Sejumlah pejabat Fed dalam beberapa kali kesempatan menegaskan Fed perlu memastikan bahwa laju inflasi betul-betul mengarah turun untuk beberapa waktu ke depan dan semakin mendekati target 2% untuk dapat memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.

Yen juga masih cenderung melemah terhadap dolar. Bank Sentral Jepang (BOJ) juga dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter di hari Jumat nanti dengan perkiraan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya seiring dengan inflasi yang sudah turun di bawah 2%. Yang akan dicermati pasar adalah rencana BOJ untuk mengurangi pembelian harian obligasi pemerintah Jepang guna menciptakan kondisi moneter yang ketat. Seberapa besar dan laju pengurangan tersebut akan berpengaruh pada nilai tukar mata uang Yen. Hari ini akan dirilis data Machine Tools Order.

Euro melemah terhadap dolar hingga level terendah sejak 9 Mei lalu dan juga melemah tajam terhadap GBP hingga level terendah dalam 2 tahun terakhir. Pelemahan ini terjadi setelah Perdana Menteri Prancis – Emmanuel Macron mengajukan pemilu lebih awal 3 tahun sebelum habis masa jabatannya. Pemilu ini dimajukan oleh Macron setelah mengalami kekalahan dalam pemilihan Parlemen Eropa hari Minggu lalu. Kekuatan kelompok sayap kanan pimpinan Marine Le Pen di Prancis sepertinya semakin terus meningkat dan berpeluang memenangkan pemilu di Prancis kali ini setelah menang di Parlemen Eropa. Perubahan kepemimpinan selalunya berdampak negatif terhadap ekonomi dan melemahnya nilai tukar mata uang. Keputusan Macron ini menambah elemen ketidakpastian terhadap stabilitas ekonomi setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuan. Fundamental ekonomi relatif membaik dengan data kepercayaan investor dari Sentix yang meningkat cukup tajam dari -3.6 menjadi +0.3 yang lebih baik dari perkiraan -1.5. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.

Poundsterling masih menguat terhadap dolar yang tertahan karena penguatan GBP terhadap Euro. Hari ini akan dirilis data di sektor tenaga kerja berupa klaim penganguran Claimant Count dengan perkiraan yang meningkat. Dan juga data upah rata-rata dan juga tingkat pengangguran yang diperkirakan stabil sama seperti periode sebelumnya. Gejolak politik di Inggris semakin berpihak pada peluang Partai Buruh memenangkan untuk memenangkan pemilu yang akan datang. Berkurangnya tingkat kepercayaan terhadap Partai Konservatif saat ini yang dinilai berkinerja buruk dalam 14 tahun terakhir menjadi faktor utama kekalahannya.