Fokus Pasar Akan Tertuju Pada Data Inflasi CPI di AS Malam Ini

Published on 07/11/2024

Dolar terkoreksi terhadap mata uang lainnya menjelang rilis data inflasi CPI malam ini. Selain itu komentar dari Ketua Fed di hari kedua di depan DPR AS semakin memperkuat peluang Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan moneter di bulan September yang akan datang. Hal ini terlihat pada yield obligasi pemerintah AS yang mengalami penurunan baik yield jangka 30 tahun, 10 tahun dan 2 tahun seiring dengan semakin besarnya peluang Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya. Seperti pada pidato di hari pertama,  Powell kembali menyatakan bahwa inflasi terus turun meski belum menyatakan bahwa inflasi sudah terkendali dan sektor tenaga kerja yang mulai menurun tidak akan menyebabkan angka inflasi kembali naik. Penekanan terhadap sektor tenaga kerja yang sudah tidak lagi menjadi pemicu inflasi membuat peluang Fed untuk memangkas suku bunga di bulan September menjadi semakin jelas dan hanya menunggu laju inflasi untuk betul-betul menurun semakin mendekati target 2% Fed. Spekulasi di pasar memperlihatkan peluang Fed menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter FOMC di bulan September di kisaran 73% dan peluang pemangkasan berikutnya di bulan Desember mencapai 40%. Dengan Fed akan menurunkan suku bunga, mata uang dolar semestinya akan melemah terhadap mata uang lainnya. Malam ini data inflasi CPI sedikit meningkat menjadi 0.1% dari bulan sebelumnya 0.0%  sedangkan data Core CPI cenderung stabil sama seperti periode sebelumnya di 0.2%. Sementara data CPI year-on-year diperkirakan menurun dari 3.3% menjadi 3.1% namun data Core CPI masih stabil sama seperti sebelumnya di angka 3.4%. Data lain berupa laporan mingguan klaim pengangguran diperkirakan hanya mengalami sedikit penurunan dari periode pekan lalu.

Yen masih cenderung melemah terhadap dolar yang semakin mendekati level terendah dalam 38 tahun terakhir yang tercapai di pekan lalu. Mata uang Yen masih tertekan oleh perbedaan tingkat suku bunga antara BOJ dan Fed sehingga meski dolar cenderung melemah, namun tidak terhadap mata uang yen. Bank Sentral Jepang (BOJ) perkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter di akhir bulan ini menyusul kenaikan sebelumnya yang mengakhiri kebijakan ultra longgar di bulan Maret lalu. Selain itu BOJ juga diharapkan akan mulai mengurangi pembelian obligasi yang cukup membebani dalam neraca keuangannya. Sejumlah perbankan swasta mengemukakan saran kepada BOJ untuk mengurangi pembelian obligasi tersebut setidaknya separuh guna menjaga stabilitas finansial. Sementara data ekonomi berupa Core Machinery Order mengalami penurunan dari -2.9% menjadi -3.2% yang lebih buruk dari perkiraan membaik +0.9%.

Euro berbalik arah menguat seiring dengan melemahnya mata uang dolar. Ketidak pastian politik di Prancis masih menjadi sentimen negatif di kawasan ini. Dengan tidak ada partai yang menjadi mayoritas di parlemen (hung parliament) menjadikan potensi terjadinya gridlock atau kebuntuan politik setelah oposisi Partai Reli Nasional (RN) berhasil dijegal dari memenangkan pemilu yang diadakan di hari minggu lalu. Biro peringkat Moody’s memberikan peringatan akan menurunkan peringkat hutang Prancis menjadi negatif dengan kondisi seperti ini. Fundamental ekonomi berupa data Industrial Production di Italia menunjukkan peningkatan dari -1.0% menjadi +0.5% yang lebih baik dari perkiraan hanya naik 0.0%. Hari ini akan dirilis data inflasi CPI di Jerman dengan perkiraan masih stabil 0.0% sama seperti periode sebelumnya. Inflasi di Uni Eropa secara keseluruhan masih terus turun sehingga Bank Sentral Eropa (ECB) mulai memangkas suku bunga acuan pada pertemuan moneter di bulan lalu. Dan diperkirakan masih akan disusul dengan pemangkasan berikutnya namun masih belum menentukan kapan akan dilaksanakan. Pejabat ECB juga sepakat bahwa ECB bisa memangkas suku bunga acuan sebanyak 2 kali di tahun ini sehingga masih tersisa ada 1 kali lagi pemangkasan.

Poundsterling juga rebound hingga mendekat level tertinggi dalam sebulan terakhir. Selain karena pelemahan mata uang dolar juga oleh sentimen positif setelah Partai Buruh memenangkan pemilu pekan lalu dan menjadikan Keir Starmer sebagai Perdana Menteri menggantikan Rishi Sunak. Kemenangan Partai Buruh mendapat sambutan positif dengan harapan yang tinggi untuk stabilitas fiskal dan politik di Inggris yang lebih stabil serta hubungan dagang yang lebih baik dengan Uni Eropa.  Sementara itu pejabat Bank Sentral Inggris (BOE) masih belum cukup yakin bahwa BOE akan mulai memangkas suku bunga acuannya dalam waktu tidak lama lagi. Ketua Ahli Ekonomi BOE – Huw Pill dalam pidato semalam mengatakan meski inflasi terus cenderung turun, namun tingkat upah dan sektor jasa masih cukup kuat sehingga dapat berpotensi membuat inflasi kembali naik. Inflasi di Inggris sendiri sudah mencapai target BOE 2% pada bulan Mei lalu, namun BOE sepertinya masih menahan diri dan menunggu inflasi betul-betul terkendali sebelumn memutuskan untuk mulai memangkas suku bunga acuannya. Pejabat BOE lainnya – Catherine Mann juga memberikan sinyal tidak akan memilih untuk memangkas suku bunga pada pertemuan moneter di bulan Agustus mendatang. Hari ini akan dirilis data pertumbuhan ekonomi GDP dengan perkiraan meningkat semakin menjauh dari ancaman resesi yaitu dari 0.0% menjadi 0.2%. Selain itu juga akan dirilis data lainnya berupa neraca perdagangan, Industrial/Manufacturing Production dan juga Leading Indeks