Fed Semakin Pasti Akan Menurunkan Suku Bunga Acuan September Nanti Setelah Inflasi Terus Menurun

Published on 07/12/2024

Dolar berlanjut melemah terhadap mata uang lainnya paska rilis data inflasi CPI semalam yang menunjukkan inflasi di AS turun tajam. Hal ini semakin memperkuat peluang Fed untuk menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan moneter di bulan September mendatang. Data inflasi CPI bulan Juni mengalami penurunan menjadi negatif untuk pertama kali dalam 4 tahun terakhir dari 0.0% menjadi -0.1% yang jauh terbalik dari perkiraan meningkat +0.1% seiring dengan harga BBM yang semakin murah dan sewa rumah yang mulai stabil. Begitu pula dengan Core CPI yang tidak menyertakan komponen BBM dan bahan pangan juga turun menjadi 0.1% dari perkiraan masih stabil sama seperti periode sebelumnya 0.4%. Sedangkan jika dibandingkan dengan data periode setahun lalu inflasi CPI juga turun dari 3.3% menjadi 3.0% yang lebih rendah dari perkiraan hanya turun 3.1% dan data Core CPI sedikit menurun menjadi 3.3% yang juga lebih rendah dari perkiraan masih stabil sama seperti periode sebelumnya 3.4%. Data-data ini sejalan dengan komentar dari Ketua Fed – Jerome Powell yang selama 2 hari berturut-turut sebelumnya mengatakan Fed akan mulai menurunkan suku bunga jika semakin banyak data yang mendukung. Dan data inflasi CPI ini merupakan data yang dimaksud menunjukkan tekanan inflasi sudah jauh berkurang dan berpotensi menjadi disinflasi dengan angka negatif tersebut. Sekaligus meyakinkan sejumlah pejabat Fed lainnya yang sebelumnya masih perlu diyakinkan dengan data-data ekonomi yang mendukung untuk Fed mulai memangkas suku bunganya. Masih akan ada data inflasi CPI yang akan dirilis bulan depan sebelum pertemuan moneter FOMC di bulan September mendatang. Sedangkan pertemuan moneter sebelum itu dijadwalkan pada tanggal 1 Agustus diperkirakan Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan. Yield obligasi pemerintah AS langsung turun ke level terendah sebelumnya paska rilis data inflasi CPI tersebut. Yield jangka 2 dan 10 tahun turun ke level terendah sejak pertengahan Maret lalu sedangkan yield jangka 20 dan 30 tahun turun ke level terendah dalam 2 pekan terakhir. Hari ini masih akan dirilis data inflasi dari sisi produsen PPI dan juga hasil survey dari University of Michigan berupa Sentimen Konsumen dan Ekspektasi Inflasi.

Yen menguat tajam hingga lebih dari 400 pips terhadap dolar yang kemungkinan dipicu oleh aksi intervensi dari otoritas keuangan pemerintah Jepang. TV Jepang Asahi mengungkapkan dari sebuah sumber bahwa otoritas Jepang memang melakukan intervensi. Namun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang. Mata uang Yen untuk kedua kalinya menyentuh level terendah dalam 38 tahun terakhir sebelum melakukan intervensi semalam. Intervensi dilakukan bertepatan dengan data inflasi di AS yang akan disusul dengan pemangkasan suku bunga acuan Fed pada September mendatang sehingga mata uang dolar semakin melemah. Selain itu Bank Sentral Jepang (BOJ) diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan moneter di akhir bulan Juli ini. Diikuti dengan program tapering yang disarankan oleh beberapa bank swasta untuk mengurangi pembelian obligasi separuh dari saat ini guna menstabilkan kondisi finansial di Jepang. Seperti diketahui perbedaan tingkat suku bunga yang rendah di Jepang dibandingkan dengan suku bunga di AS dan UE enjadi alasan utama mata uang Yen terus melemah terhadap mata uang lainnya. Dengan semakin sempitnya perbedaan suku bunga nantinya akan mengurangi aksi carry trade terhadap Yen.

Euro berlanjut menguat hingga level tertinggi sejak 7 Juni lalu seiring dengan melemahnya mata uang dolar secara umum. Walaupun kondisi politik di Prancis masih belum sepenuhnya stabil dan menjadi sentimen negatif setelah Moody’s memberikan peringatan akan menurunkan peringkat hutang Prancis menjadi negatif. Pertemuan parlemen nasional di Prancis akan diadakan pada 18 Juli pekan depan yang diharapkan akan memberikan kejelasan akan prospek pemerintahan di Prancis. Sementara data Inflasi CPI di Jerman bulan ini masih stabil di angka 0.1% sesuai perkiraan, namun jika dibandingkan dengan data setahun sebelumnya mengalami penurunan dari 2.4% menjadi 2.2% sesuai perkiraan. Meski baru di Jerman namun secara umum inflasi di kawasan ini semakin menurun sehingga Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan melanjutkan menurunkan suku bunga pada pertemuan moneter mendatang. Setelah ECB melakukan pemangkasan suku bunga pada pertemuan moneter di bulan Juni lalu dan Pejabat ECB juga sepakat masih akan melakukan 1 kali lagi pemangkasan meski untuk waktunya masih belum dapat ditentukan. Hari ini ada data neraca keuangan dan indeks harga grosir.

Poundsterling juga berlanjut menguat terhadap dolar bahkan sempat menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir seiring dengan komentar dari pejabat Bank Sentral Inggris (BOE) dan data pertumbuhan ekonomi GDP yang lebih baik dari perkiraan. Ketua Ahli Ekonomi BOE – Huw Pill mengatakan meski inflasi terus cenderung turun namun tingkat upah dan sektor jasa masih cukup kuat sehingga dapat berpotensi membuat inflasi kembali naik. Sehingga BOE diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuannya untuk sementara waktu dan menunggu inflasi betul-betul terkendali sebelumn memutuskan untuk mulai memangkas suku bunga acuannya. Pejabat BOE lainnya – Catherine Mann juga memberikan sinyal tidak akan memilih untuk memangkas suku bunga pada pertemuan moneter di bulan Agustus mendatang. Data ekonomi berupa pertumbuhan ekonomi GDP di Inggris naik 2 kali lipat dari 0.7% menjadi 1.4% yang lebih tinggi dari perkiraan hanya naik 1.2% yang semakin mempersempit peluang BOE untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan moneter di bulan Agustus mendatang. Hari ini tidak ada data yang akan dirilis.