Joe Biden Lengser Dari Pencalonan Pemilu November Mendatang

Published on 07/22/2024

Dolar cenderung menguat terhadap hampir semua mata uang lainnya di tengah padamnya sejumlah layanan yang memanfaatkan internet di sebagian besar belahan dunia. Update salah satu perangkat lunak dari perusahaan keamanan dunia maya CrowdStrike memicu terjadinya tertutup akses terhadap perusahaan-perusahaan lain yang menggunakan sistem operasi Windows dari Microsoft. Mencakup di bidang industri penerbangan, perbankan dan kesehatan termasuk media siaran yang menunjukkan adanya resiko perubahan digital dalam teknologi interkoneksi. Meski tidak secara langsung berdampak pada pasar mata uang namun setidaknya terjadi pelarian ke mata uang dolar sebagai aset safe haven. Dari panggung politik Presiden Joe Biden – secara resmi mengundurkan diri dari pencalonan untuk periode berikutnya mengingat dalam beberapa kampanye tidak maksimal selain karena faktor usia. Wakil Presiden – Kamala Haris akan menggantikan posisi Presiden Biden sebagai kandidat untuk maju bertarung melawan Donald Trump. Ketidakpastian politik ini juga ikut mengalihkan aset ke safe haven. Selain adanya aksi profit taking setelah beberapa pekan sebelumnya dolar terus melemah dikarenakan ekspektasi akan langkah moneter dari Fed yang akan memangkas suku bunga acuan seiring dengan tekanan inflasi yang sudah semakin mendekat target Fed. Sejumlah pejabat Fed juga mengakui hal tersebut dan beberapa mendukung sudah saatnya Fed melonggarkan kebijakan moneternya. Fed dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter 2 hari di akhir bulan ini dan di awal bulan Agustus namun diperkirakan masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Sembari menunggu data inflasi berikutnya untuk lebih meyakinkan bahwa laju inflasi sudah benar-benar mencapai target dan terkendali. Hal senada disampaikan oleh Gubernur Fed New York – John Williams Jumat malam yang mengatakan Fed masih berkomitmen untuk mencapai target inflasi 2% dan dalam jangka panjang suku bunga netral masih akan diterapkan. Dapat diartikan bahwa Fed akan menyesuaikan suku bunga acuan dengan kondisi ekonomi yang berkembang. Fed diperkirakan baru akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan moneter FOMC di bulan September mendatang. Pekan ini akan dirilis indikator inflasi dari sisi personal yaitu Personal Consumption Expenditure (PCE) di penghujung pekan ini yang juga menjadi pedoman bagi Fed untuk menentukan kebijakan moneternya. Dengan perkiraan sedikit naik dari bulan sebelumnya yang semakin memperkecil peluang Fed bertindak pada pertemuan moneter di Agustus nanti. Sebelumnya akan dirilis data PMI di sektor manufaktur dan jasa, data pertumbuhan ekonomi GDP dan data Durable Goods Order serta data-data dari University of Michigan. Minggu ini masuk minggu tenang sebelum pertemuan moneter FOMC sehingga tidak ada pejabat Fed yang akan muncul di publik menyampaikan pendapatnya.

Yen mulai melemah terhadap dolar meski beberapa hari sebelumnya diduga Bank Sentral Jepang (BOJ) melakukan intervensi. Terlebih data inflasi Year/Year di Jepang bulan lalu relatif stagnan 2.8% dan data Core inflasinya naik dari 2.5% menjadi 2.6%% yang lebih rendah dari perkiraan naik hingga 2.7%. Dengan kecenderungan yang naik ini akan mendukung langkah BOJ untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya setelah mengakhiri kebijakan ultra longgarnya pada bulan Maret lalu. Selain itu BOJ juga diharapkan akan menjalankan program taperingnya guna mengurangi ketimpangan neraca keuangannya. Dan dengan Fed berencana menurunkan suku bunga akan semakin mempersempit perbedaan suku bunga yang juga akan mempersempit ruang bagi transaksi carry trade. Pekan ini tidak ada data penting hanya data PMI manufaktur di hari Rabu dan data inflasi CPI Tokyo di hari Jumat.

Euro juga melemah terhadap dolar setelah pekan lalu bank Sentral Eropa (ECB) menetapkan untuk mempertahankan suku bunga acuannya saat ini sesuai perkiraan. Dan belum adanya sinyal akan kembali menurunkan suku bunga paska konferensi pers Presiden ECB – Christine Lagarde. Begitu pula dengan pendapat dari sejumlah pejabat ECB seperti Gubernur Bank Sentral Finlandia – Dr Olli Rehn yang mengatakan ECB tidak berkomitmen untuk menentukan seberapa rendah suku bunga acuan meskipun beberapa waktu lalu Rehn menyarankan ECB dapat menurunkan suku bunga acuan sebanyak 2 kali di tahun ini. Hal senada disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral Latvia – Gediminas Šimkus mengatakan inflasi di sektor jasa masih cukup tinggi sehingga diskusi pemangkasan selanjutnya baru akan dibahas pada pertemuan moneter di bulan September mendatang. Sedangkan Gubernur Bank Sentral Prancis – François Villeroy de Galhau juga memperhatikan inflasi di sektor jasa meski mengakui inflasi akan berlanjut turun meski dengan laju yang lebih lambat dari perkiraan. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis. Dan data penting pekan ini adalah data PMI yang akan dirilis pada hari Rabu serta pidato dari Presiden ECB Lagarde di hari Kamis nanti.

Poundsterling berlanjut melemah terhadap dolar seiring dengan fundamental ekonomi yang menurun tajam. Data Retail Sales yang dirilis Jumat lalu menunjukkan sektor ini turun tajam dari +2.9% menjadi -1.2% yang jauh lebih rendah dari perkiraan turun -0.6%. Meski secara umum hal ini akan menekan inflasi lebih lanjut, namun ini tidak sejalan dengan ekspektasi Bank Sentral Inggris (BOE) yang mengharapkan inflasi turun tanpa membuat ekonomi melambat. Sementara data Hutang Sektor Publik semakin bertambah menjadi 13.6B yang melampaui perkiraan hanya 10.8B dan data periode sebelumnya juga direvisi memburuk dari 14.1B menjadi 15.6B.  Data ini semakin berpotensi menahan BOE untuk segera menurunkan suku bunga acuannya. Terlebih juga dengan data inflasi yang relatif masih stagnan. Hari ini tidak ada data ekonomi dan data penting pekan ini adalah data PMI di sektor manufaktur dan jasa pada hari Rabu nanti.