Dolar rebound terhadap mata uang lainnya kecuali terhadap Yen menyusul data ekonomi yang menunjukkan aktifitas ekonomi di AS meski meningkat namun tidak sebaik yang diperkirakan. Data PMI dari ISM di sektor manufaktur naik dari 46.8 menjadi 47.2 yang masih lebih rendah dari perkiraan naik hingga 47.5. Ini merupakan bulan kelima berturut-turut angka PMI berada di bawah ambang 50 yang artinya kondisi sektor ini masih dalam kontraksi dan belum cukup mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya data ini membuat pasar kecewa namun setelah dicermati komponen tenaga kerja dari data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan dari 43.4 menjadi 46.0 atau naik 2.6%. Diharapkan data- data sektor tenaga kerja lainnya yang akan dirilis sepanjang pekan ini termasuk laporan Non-Farm Payroll juga akan mengikuti kenaikan tersebut. Dengan ekspektasi tersebut investor mengalihkan portofolionya dari aset beresiko tinggi menjadi safe haven yaitu dolar dan juga Yen serta Franc Swiss. Sementara dari data yang sama PMI sektor manufaktur tekanan harga mengalami kenaikan dari 52.9 menjadi 54.0 yang terbalik 180 derajat dari perkiraan menurun 52.1. Hal ini diartikan adanya potensi inflasi kembali meningkat. Namun perlu diingat kontribusi sektor manufaktur di AS saat ini sudah semakin berkurang dan lebih banyak dipengaruhi sektor jasa yang mencapai 2/3 dari seluruh aktifitas ekonomi di AS. Data PMI sektor jasa baru akan dirilis pada hari Kamis nanti. Data lain dari sektor konstruksi di AS mengalami penurunan -0.3% yang lebih buruk dari perkiraan meningkat +0.1% dan data periode sebelumnya yang direvisi membaik dari -0.3% menjadi 0.0%. Sedangkan data optimisme ekonomi dari RCM/TIPP mengalami kenaikan dari 44.5 menjadi 46.1 sedikit di bawah perkiraan naik 46.2. Kekhawatiran akan ekonomi yang melambat akibat tingginya suku bunga membuat ekspektasi langkah Fed selanjutnya untuk memangkas suku bunga acuan sebanyak 50 bps kembali meningkat dengan peluang 38% dari sebelumnya yang hanya 30% menurut CME Group's FedWatch Tool. Hari ini ada data lowongan kerja dari JOLTS dan Factory Order serta data neraca perdagangan.
Yen menguat terhadap dolar sebagai aset safe haven bersama dengan Franc Swiss seiring dengan pengalihan aset terutama dari bursa saham AS yang merosot tajam. Dan menjelang data sektor tenaga kerja di AS yang akan menentukan seberapa banyak Fed akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan moneter 2 pekan mendatang. Selain itu Yen juga menguat menyusul langkah Bank Sentral Jepang (BOJ) yang mengajukan proposal untuk terus menaikkan suku bunga kepada panel pemerintahan terkait jika ekonomi dan inflasi memerlukan tindakan tersebut. Inflasi yang kembali meningkat di Jepang akhir-akhir ini membuka peluang bagi BOJ untuk terus menaikkan suku bunga acuan setelah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 2 kali sebelumnya. Namun peluang langkah tersebut direalisasikan setelah Fed dipastikan memangkas suku bunga acuan terlebih dahulu. BOJ dijadwalkan akan mengadakan pertemuan moneter sehari setelah FOMC. Perbedaan tingkat suku bunga di Jepang dengan Fed akan semakin berkurang sehingga semakin mempersempit ruang gerak pelaku carry trade. Hari ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.
Euro terkoreksi terhadap dolar masih di seputar sentimen negatif dari panggung politik di Jerman setelah partai sayap kiri Alternative for Germany (AfD) diperkirakan akan semakin mempersulit gerak dari Kanselir Jerman - Olaf Scholz dalam menjalankan pemerintahannya. AfD berpeluang besar memenangkan pemilu regional di Jerman dan menjadi kemenangan sayap kiri pertama kali sejak Perang Dunia II. Perubahan peta politik ini dan rencana Bank Sentral Eropa (ECB) untuk memangkas suku bunga acuan lebih lanjut akan menjadi rintangan bagi Uni Eropa dalam memegang peran dalam percaturan ekonomi global. Hari ini akan dirilis data penting berupa PMI di sektor jasa dan data inflasi dari sisi produsen PPI.
Poundsterling juga terkoreksi tajam terhadap dolar meskipun data ekonomi sebenarnya cukup positif. Data Retail Sales Monitor dari BRC menunjukkan peningkatan tajam dari 0.3% menjadi 0.8%. Musim panas di bulan Agustus lalu meningkatkan penjualan ritel dengan daya beli konsumen di Inggris meningkat terutama untuk belanja produk makanan dan minuman. Terbukti dari meningkatnya penggunaan kartu debit dan kredit sebanyak 1.0% dibandingkan 2 bulan berturut-turut sebelumnya yang menurun. Jika kecenderungan ini terus berlanjut maka ekonomi di Inggris akan meningkat untuk kuartal kedua tahun ini dan semakin menjauhkan dari resesi ringan yang sempat mengancam sebelumnya. Sehingga Bank Sentral Inggris (BOE) masih belum perlu segera melonggarkan kembali kebijakan moneternya dalam waktu dekat ini. Hari ini akan dirilis data PMI di sektor jasa.
Cek info lain di
https://agrodana-futures.com/
https://instagram.com/agrodanafuturesofficial
https://www.youtube.com/c/agrodanafuturesofficial