Putin Revisi Kebijakan Nuklir Rusia, AS Mengabaikannya

Published on 11/20/2024

Dolar kembali menguat sebagai safe haven bersama dengan mata uang Yen dan Swiss Franc setelah Rusia menurunkan batasan diperbolehkan menggunakan senjata nuklir menyusul serangan rudal AS oleh Ukraina yang berhasil menembus batas wilayah di Rusia. Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan AS yang berhasil mencapai wilayah di Rusia untuk pertama kali memasuki masa 1000 hari invasi Rusia. Presiden Putin menurunkan batasan tersebut setelah adanya laporan dari 2 pejabat AS dan sebuah sumber yang menyatakan Presiden Biden mengijinkan Ukraina menggunakan senjata AS tersebut. Meski kemudian Menteri Luar Negeri Rusia - Sergei Lavrov mengatakan akan berupaya untuk sebisa mungkin menghindari peluang terjadinya perang nuklir sekaligus mengapresiasi langkah Jerman yang tidak memberikan akses rudal jarak panjangnya kepada Ukraina. Sentimen ini semakin mereda setelah AS tidak memberikan respon atas langkah Presiden Putin ini dengan tindakan yang serupa sehingga menghilangkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan geopolitik secara global. Sementara itu pasar masih menunggu susunan kabinet yang akan dibentuk oleh calon presiden terpilih Donald Trump untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dengan semakin mengerucutnya pada sosok mantan Gubernur Fed – Kevin Warsh dan Kepala Eksekutif Apollo Global Management – Marc Rowan. Kedua posisi ini menjadi penting karena akan menjalankan agenda utama yaitu pengurangan pajak dan menaikkan tarif impor sehingga yang dipilih harus sama visi dan misi dengan Presiden nantinya. Dengan agenda tersebut berpotensi akan kembali memicu inflasi sehingga memperkecil peluang Fed untuk meneruskan langkah pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut. Sebagian analis memperkirakan Fed masih akan memangkas suku bunga acuan memanfaatkan jeda waktu antara Desember ini dengan Januari 2025 sebelum agenda Trump disetujui Kongres dan efektif berlaku. Sehingga di saat inflasi kembali naik, Fed punya ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan. Gubernur Fed Kansas - Jeffrey Schmid masih yakin inflasi masih akan turun mencapai target 2%, namun belum bisa memastikan sampai mana suku bunga acuan Fed akan turun. Ekspektasi akan kenaikan suku bunga acuan kembali naik menjadi 59.1% setelah sempat turun hingga hanya 54% meski masih lebih rendah dari perkiraan pekan lalu yang mendekati 80% menurut CME's FedWatch Tool. Malam ini tidak ada data ekonomi yang akan dirilis hanya persediaan minyak AS. 

Yen juga kembali menguat seiring dengan meningkatnya permintaan sebagai asset safe haven bersama dengan Swiss Franc dan dollar serta Emas. Sehingga mendorong nilai tukar mata uang Yen dari level dimana Bank Sentral Jepang (BOJ) berpeluang melakukan intervensi jika kondisi global dalam keadaan normal. BOJ diyakini masih akan menaikkan suku bunga acuannya meskipun belum dapat dipastikan kapan akan dilakukan. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BOJ - Kazuo Ueda dalam pidato pertamanya sejak Trump terpilih menjadi presiden. Kondisi ekonomi saat ini cenderung mendorong inflasi yang terbentuk karena tingkat upah di Jepang sehingga BOJ tidak perlu mempertahankan suku bunga rendah meskipun masih banyak ketidakpastian yang perlu diperhatikan. 

Euro juga cenderung melemah selain karena penguatan mata uang dolar sebagai aset safe haven, namun juga oleh semakin besarnya peluang bagi Bank Sentral Eropa (ECB) untuk segera menurunkan suku bunga acuannya. Setelah 2 pejabat ECB yaitu Gubernur Bank Sentral Spanyol sekaligus Wakil Presiden ECB - Luis de Guindos dan Gubernur Bank Sentral Jerman sekaligus Ketua ahli ekonomi ECB - Joachim Nagel menyampaikan kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi yang negatif jika kenaikan tarif impor AS efektif diberlakukan. Gubernur Bank Sentral Italy - Fabio Panetta menyarankan ECB untuk kembali memangkas suku bunga acuan dalam upaya untuk memicu pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Panneta mengatakan suku bunga acuan saat ini masih jauh dari kondisi normal meski inflasi sudah semakin mendekati kondisi normal. Data inflasi yang dirilis semalam menunjukkan inflasi CPI di Uni Eropa masih stagnan 2.7% sama dengan periode tahun sebelumnya dan sesuai perkiraan. Begitu juga dengan Core inflasi CPI yang juga stagnan 2.0% sesuai perkiraan. Hari ini tidak ada data penting, hanya laporan stabilitas finansial oleh ECB dan juga pidato dari Presiden ECB - Christine Lagarde. 

Poundsterling juga ikut melemah terhadap dolar dan juga menurunkan aktifitas ekonomi di Inggris sendiri. Data Pertumbuhan ekonomi cenderung menurun sehingga memudahkan langkah Bank Sentral Inggris (BOE) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya seperti yang diperkirakan pasar. Gubernur BOE - Andrew Bailey menilai sektor jasa masih akan memberi kontribusi besar dalam menahan turunnya inflasi. Hal ini diungkapkannya di depan Parlemen Inggris. Sedangkan pejabat BOE lainnya memberikan pendapat mengenai kondisi ekonomi di berbagai sektor. Hari ini akan dirilis data inflasi CPI dengan perkiraan naik, namun data Core CPI diperkirakan turun. 

Cek info lain di:
https://agrodana-futures.com/
https://instagram.com/agrodanafuturesofficial
https://www.youtube.com/c/agrodanafuturesofficial