Dolar masih cenderung menguat terhadap mata uang lainnya meski sempat terkoreksi pasca rilis data tingkat pengangguran yang naik bersamaan dengan laporan Non-Farm Payroll Jumat lalu. Dengan tingkat pengangguran yang naik menjadi 4.2% yang lebih tinggi dari perkiraan stabil 4.1% sama seperti periode sebelumnya. Sedangkan terisinya lapangan kerja Non-Farm naik 227K melampaui perkiraan 218K dan data periode sebelumnya juga direvisi meningkat dari 12K menjadi 36K. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya data periode lalu turun drastis disebabkan oleh adanya bencana alam berupa 2 badai yang melanda dalam kurun waktu berdekatan dan juga aksi mogok perusahaan raksasa Ford. Sedangkan tingkat upah masih stabil 0.4% sama seperti periode sebelumnya yang lebih baik dari perkiraan menurun 0.3%. Dalam 4 laporan Non-Farm Payroll rata-rata hanya terjadi penambahan sebanyak 150K yang di bawah ambang 200K sebagai tanda sektor ini cukup kuat. Sehingga ekspektasi perlunya Fed memangkas suku bunga acuan semakin meningkat hingga lebih dari 85% dari sebelumnya di kisaran 70% dan peluang untuk mempertahankan suku bunga menurun dari 30% menjadi hanya 15%. Mata uang dolar kembali menguat setelah data survey dari University of Michigan perihal sentimen konsumen naik 74.0 yang melampaui perkiraan 73.3 meskipun data periode sebelumnya direvisi menurun dari 73.0 menjadi 71.8. Hasil survei yang sama perihal ekspektasi inflasi juga naik dari 2.6% menjadi 2.9%. Masih ada data inflasi CPI yang akan dirilis pekan ini yang menjadi patokan bagi Fed sebelum mengambil keputusan dalam pertemuan moneter FOMC pekan depan. Sementara itu gejolak geopolitik juga masih mewarnai perdagangan pekan ini setelah pemerintah Syria tumbang di tangan pemberontak di akhir pekan kemarin. Ketidakpastian akan gejolak geopolitik ini menjadikan permintaan akan aset safe haven kembali meningkat.
Yen masih cenderung menguat terhadap mata uang dolar seiring dengan rencana Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan moneter pekan depan. Tingkat inflasi yang terus cenderung naik di atas 2% dan stimulus ekonomi senilai $141 miliar untuk memicu perekonomian berpotensi mengangkat angka inflasi lebih tinggi, sehingga BOJ dapat mencegahnya dengan menaikkan suku bunga acuan. Selain itu, data pertumbuhan ekonomi GDP Q3 juga naik menjadi 0.3% yang lebih baik dari perkiraan stabil 0.2% sama seperti periode sebelumnya dan jika dibandingkan dengan data yang sama setahun sebelumnya juga meningkat 1.2% yang lebih baik dari perkiraan stabil 0.9% sama seperti periode sebelumnya. Data ini semakin membuka jalan bagi BOJ untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya. Selain itu partai oposisi di parlemen yaitu Partai Demokrasi Konstitusi Jepang memberikan dukungan bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga acuan secara bertahap. Hal ini diungkapkan oleh pimpinan partai tersebut - Yoshihiko Noda dalam wawancara pagi ini. Data penting pekan ini adalah indeks manufaktur Tankan yang baru akan dirilis pada hari Jumat nanti.
Euro berakhir melemah meski sempat menguat hingga level tertinggi dalam 3 pekan terakhir terhadap dolar seiring dengan data pengangguran di AS yang meningkat. Alasan kembali melemahnya mata uang Euro karena gejolak politik di Prancis setelah Perdana Menteri Michel Barnier dilengserkan, walaupun Macron berjanji akan segera mencarikan pengganti Barnier agar anggaran 2025 dapat segera disetujui oleh parlemen. Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan yang dijdwalkan pada pertemuan moneter hari Kamis nanti untuk ke-empat kalinya di tahun ini sebanyak 25 bps. Dalam dengar pendapat di depan parlemen Eropa pekan lalu Presiden ECB - Christine Lagarde menegaskan hal tersebut. Data revisi pertumbuhan ekonomi (GDP) di kawasan ini juga relatif masih stabil 0.4% sesuai perkiraan sama seperti periode lalu. Pekan ini ada pertemuan menteri-menteri keuangan Uni Eropa ECOFIN dan data inflasi CPI esok hari
Poundsterling juga kembali melemah seiring dengan menguatnya mata uang dolar sebagai aset safe haven. Meski ekonomi di Inggris relatif lebih stabil dan lebih baik dibandingkan wilayah tetangganya Uni Eropa, namun tidak menutup kemungkinan bagi Bank Sentral Inggris (BOE) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya di tengah kemungkinan perang dagang yang lebih ketat dengan Trump yang kembali diangkat menjadi Presiden AS Januari nanti. Namun sebagian analis keuangan juga memperkirakan kemungkinan BOE tetap mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan moneter pekan depan. Pekan ini ada data pertumbuhan eekonomi GDP dan juga ekspektasi inflasi di Inggris.
Cek info lain di:
https://agrodana-futures.com/
https://t.me/AGROdanaOFFICIAL
https://instagram.com/agrodanafuturesofficial
https://www.youtube.com/c/agrodanafuturesofficial