24 - 28 Maret 2025
Trumpcession: Benarkah Ekonomi AS Menghadapi Potensi Resesi?
Kekhawatiran perang dagang, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan inflasi yang berkelanjutan meningkatkan spekulasi tentang risiko resesi di Amerika Serikat. Sikap keras Trump untuk menaikkan bea impor dan pajak semakin memicu kekhawatiran baru tentang penurunan ekonomi AS dalam waktu dekat.
Beberapa Analis yakin tindakan Trump yang tidak bisa diprediksi berpotensi mendorong ekonomi AS menuju “Trumpcession” meskipun beberapa lainnya menolak anggapan resesi tersebut dan menyebut sebagai “sangat tidak masuk akal”.
Menurut data terbaru dari State Bank of India, pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan penurunan dalam 1 tahun terakhir. Ini ditunjukkan dengan GDP yang turun dari 3.2% di Q4 2023 menjadi 2.5% di Q4 2024. Penurunan di pasar saham AS baru-baru ini sudah menutup semua kenaikan yang terjadi sejak pemilu November dan bahkan return bulanan untuk bulan Mar 2025 menjadi yang terendah sejak COVID-19. Menurut The Guardian, beberapa Analis yakin bahwa risiko resesi semakin meningkat dalam “Trumpcession” karena penurunan tajam di bisnis dan juga belanja konsumen. Belanja konsumen AS turun pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir di bulan Januari 2025. Ekonom Harvard Kennedy School mengatakan rendahnya belanja konsumen menjadi indikator awal dari kemerosotan ekonomi.
Bantahan Pakar Ekonomi: “Kekhawatiran Resesi AS Tidak Masuk Akal!”
Melemahnya belanja konsumen AS adalah koreksi yang diperlukan dan perkembangan yang positif karena ekonomi AS sebelumnya tumbuh di tingkat yang tidak berkelanjutan.
Dalam wawancara dengan CNBC TV-18, William Lee, Chief Economist and Executive Director of The Milken Institute mengatakan ketakutan resesi AS ‘sangat tidak masuk akal’ dan menganggap sebagian besar prakiraan bisa memberi gambaran yang terdistorsi karena hanya menggunakan data lunak yang tidak bisa diandalkan, seperti survei kepercayaan konsumen.
Lee menepis prediksi resesi yang tersebar luas. Dia mengatakan survei-survei sering kali dipengaruhi faktor-faktor seperti fluktuasi pasar saham dan kondisi pasar tenaga kerja, di mana hal tersebut tidak selalu akurat membaca perilaku konsumen yang sebenarnya.
Lee mengatakan tidak ada perlambatan dalam ekonomi AS karena sebelumnya ekonomi tumbuh dengan kecepatan yang “unsustainable”, jauh di atas 2.5%, dan saat turun mendekati 2% merupakan tingkat pertumbuhan yang alamiah.
Lee menambahkan, jika banyak ahli berpendapat tentang kemungkinan terjadinya resesi di AS, maka dibutuhkan lebih banyak data bagi para ahli dan peneliti untuk mengidentifikasi resesi tersebut.
Minggu depan laju pertumbuhan GDP, sentimen konsumen dan pengeluaran pribadi akan menjadi data yang penting untuk identifikasi lebih lanjut hal tersebut.
AGENDA DATA EKONOMI
Asia Fokus ke MLF China dan Inflasi Tokyo
Asia akan terfokus pada inflasi Jepang dan suku bunga pinjaman jangka menengah dari PBOC. Diawali Senin dengan flash PMI Jepang akan dirilis, lalu diikuti dengan CPI Tokyo di hari Kamis.
Inflasi di Tokyo kemungkinan turun sedikit karena adanya subsidi energi dan biaya makanan segar yang stabil, tapi CPI inti kemungkinan tetap di 1.9%. PMI services sedikit membaik karena upah yang kuat, sedangkan manufaktur bisa turun karena tarif Trump. PBOC kemungkinan akan menahan MLF tetap di 2%, setelah LPR juga ditahan minggu lalu.
PBOC MLF
24 Mar 2025
Jam 08:00 WIB
Tokyo CPI
28 Mar 2025
Jam 06:30 WIB
UK CPI
26 Mar 2025
Jam 14:00 WIB
UK Spring Budget
26 Mar 2025
Jam 17:00 WIB
US GDP Q4
27 Mar 2025
Jam 19:30 WIB
US PCE
28 Mar 2025
Jam 19:30 WIB
Laporan Musim Semi Menteri Keuangan Inggris
Inggris akan fokus dengan pernyataan musim semi dari Menteri Keuangan Rachel Reeves pada tanggal 26 Maret. Fokusnya untuk mengatasi kenaikan biaya bunga utang dan keuangan public yang ketat.
Reeves kemungkinan akan umumkan pemangkasan pengeluaran, terutama anggaran kesejahteraan dan departemen, untuk pulihkan ruang fiskal sebesar 10 miliar pound akibat biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Sedangkan inflasi di hari Rabu juga menjadi salah satu yang juga perlu dicermati mengingat pernyataan Bailey minggu lalu yang ingin memastikan kelanjutan proses disinflasi di Inggris sebelum kebijakan bank sentral berikutnya.
Pertumbuhan GDP AS dan Inflasi PCE Yang Ditunggu
AS akan merilis data pertumbuhan GDP, sentimen konsumen, pengeluaran dan juga inflasi PCE di minggu terakhir Maret. Kepercayaan konsumen turun karena kekhawatiran PHK dan pemangkasan tunjangan dari pengurangan pengeluaran pemerintah. Kekhawatiran tarif dan turunnya pasar saham juga memicu melambatnya ekonomi.
Powell minggu lalu mengabaikan sentimen yang lemah dan mengatakan belum menjadi indikator yang bisa diandalkan untuk pertumbuhan belanja. Personal spending Februari menjadi kunci pasca data Januari yang turun. Dan inflasi pilihan Fed akan dirilis di hari Jumat untuk mengetahui angka PCE Februari.
Fokus 3 Hari Terakhir, Koreksi Diperkirakan Mulai Terbatas, Siap New High Lagi?
Pidato Trump di hari Jumat sedikit melegakan pelaku pasar saat menyebut bahwa tarif akan fleksibel. Tapi tindakan Trump cenderung tidak bisa ditebak sehingga market diperkirakan masih akan terus mewaspadai perubahan sikap yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Minggu depan pasar juga akan mencermati data GDP, personal spending, consumer sentiment dan juga inflasi PCE. Jika terjadi pelemahan lebih lanjut pada GDP maupun sentimen konsumen, maka kekhawatiran pada resesi kembali meningkat. Status safe haven masih kuat.
Weekly candle ditutup bullish sehingga peluang kenaikan secara teknis juga cukup terbuka. Namun koreksi turun jangka pendek kemungkinan masih bisa terjadi setelah Jumat kemarin sempat turun ke 2999 sebelum ditutup rebound ke 3023. Trend utama masih bullish, dan fundamental yang mendasarinya masih tetap kuat. Sedangkan koreksi jangka pendek diperkirakan mulai terbatas. Resistance 3057/3060 akan menjadi indikator kenaikan lanjutan jika berhasil ditembus, sekaligus membuka peluang penutupan bullish di akhir bulan. Sebaliknya, support 2978-2982 dan terjauh 2956 juga perlu diwaspadai.
Daily Trend : Limited Bearish
Weekly Trend : Strong Bullish
(R) : 3045, 3062, 3080
(S) : 3000, 2978, 2956
Daily Trend : Bearish
Weekly Trend : Limited Bullish
(R) : 70.66, 73.65, 75.15
(S) : 66.59, 63.00, 60.00
Ketidakpastian Geopolitik Picu Rebound, Waspada Resistance Ini!
Dipicu oleh tekanan Trump yang intens pada Iran dan upaya baru OPEC+ untuk menaikkan harga jelang pertemuan bulan April dengan komitmen rencana kompensasi tambahan, harga minyak mentah ditutup rebound ke $68 per barel, yang juga tercatat sebagai kenaikan mingguan kedua. Implementasi dari larangan 30 hari pemogokan energi antara Rusia-Ukraina, kemungkinan masih ada kenaikan minggu depan.
Weekly candle ditutup hammer untuk kedua kalinya secara beruntun, tapi dengan penutupan yang lebih tinggi dibanding minggu sebelumnya. Hal ini memberi isyarat kenaikan bisa saja berlanjut ke target berikutnya. Resistance 70.57 akan menjadi target potensial berikutnya, dan jika ditembus, area terbuka untuk menguji zona 73 ataupun lebih tinggi. Sedangkan penurunan secara fundamental juga masih menjadi faktor utama meskipun gangguan geopolitik sedikit hambat penurunan tersebut. Support 65-66 akan menjadi target penurunan berikutnya, dan tekanan sepertinya belum akan mampu menekan di bawah 65 sampai geopolitik mereda.
EURUSD | GBPUSD | USDJPY | INDEKS USD
Weekly Forex Outlook
Data PMI, GDP dan Inflasi menjadi fokus utama minggu depan, sekaligus penutupan akhir bulan. Euro akan sangat bergantung pada USD, sedangkan GBP sedikit bisa bernafas dari laporan musim semi Menteri Keuangan. Tapi 3 hari terakhir minggu depan akan ditentukan dari sentimen data ekonomi AS, dan akan terlihat dari reaksi pasar terhadap dolar tersebut. Sedangkan Yen lagi-lagi tunggu inflasi dan juga US Treasury Yield.
EURUSD
Weekly Pressure!
Kenaikan terhenti dan berbalik ditutup turun di akhir pekan. Hal ini mengindikasikan potensi koreksi yang bisa terjadi ke depan. Data PMI kemungkinan sedikit membantu, tapi dolar akan menjadi paling menentukan minggu depan. Waspadai penurunan di bawah 1.06400! Penurunan berlanjut jika tembus support!
Resistance : 1.09360, 1.11008, 1.12130
Support : 1.06400, 1.04020, 1.02200
Outlook : Bearish
GBPUSD
Menanti Inflasi
Candle Weekly ditutup doji untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Hal ini berpotensi memberi tekanan turun bagi pound minggu depan dengan tantangan pada inflasi, PMI dan juga laporan musim semi dari Menteri keuangan Reeves. MA 200 weekly di 1.27126 akan menentukan nasib berikutnya. Jika tembus, maka tekanan akan semakin dalam.
Resistance : 1.30400, 1.31411, 1.34330
Support : 1.27400, 1.24800, 1.23050
Outlook : Bearish
USDJPY
Inflasi Kunci!
Candle weekly kembali ditutup bullish meskipun dengan tail atas yang lebih panjang dari tail bawah. Indikasi tertahannya kenaikan bisa saja terjadi jika resistance 150.750 tidak ditembus. Tapi waspada jika naik hingga tembus 152! Data inflasi akan menjadi kunci utama pergerakan selanjutnya!
Resistance : 150.750, 152.400, 153.395
Support : 148.110, 146.600, 144.840
Outlook : Limited Bullish
INDEKS USD
FOMC dan Trump, Rebound Masih Terbatas
Candle weekly ditutup bullish dan mengindikasikan adanya rebound teknis yang wajar pasca tekanan turun yang tajam 2 minggu yang lalu sebelum ditutup dengan sedikit tekanan dari pernyataan Powell minggu lalu. Secara teori potensi rebound bisa berlanjut. Namun resistance 105 menjadi angka penting minggu depan, dan semua akan bergantung kembali pada data ekonomi di akhir bulan.
Outlook : Bearish
NIKEI | HANGSENG | NASDAQ | DOWJONES
Weekly CFD Indices Outlook
Mayoritas saham mengalami rebound jelang penutupan sesi NY di hari Jumat kemarin setelah Trump mengatakan akan fleksibel pada tarif. Tentunya hal ini masih perlu dibuktikan minggu depan. Beberapa akan bergantung pada data ekonomi, tapi lainnya akan sangat sensitif dengan apa yang akan disampaikan Trump ke depan, terutama kian dekat dengan tarif resiprokal.
NIKKEI
Rebound Terbatas
Candle Weekly ditutup shooting star sehingga peluang kenaikan sepertinya akan terhambat, terutama jika gagal naik di atas 38000. Ancaman penurunan kembali terjadi jika USDJPY kembali turun, atau jika Wall Street kembali tertekan minggu depan. Waspada dengan support 35960 yang bisa menjadi tujuan atau bahkan ditembus jika tekanan ekuitas cukup besar.
Resistance : 37660, 38000, 38465
Support : 36800, 36150, 35850
Outlook : Limited Bullish
HANG SENG
Tunggu Stimulus Pemerintah
Candle Weekly ditutup bearish, dan ada indikasi oversold pada RSI yang memberi ruang untuk koreksi turun lebih lanjut. Area support 23400 dan 22860 adalah zona yang perlu dicermati. Selama tidak turun di bawah keduanya, maka penurunan diperkirakan terbatas dan siap kembali berbalik naik. Sebaliknya, jika tembus 22860, maka koreksi turun berpeluang berlanjut dan support 22350 akan menjadi targetnya.
Resistance : 24000, 24800, 25400
Support : 23400, 22860, 22000
Outlook : Bearish
NASDAQ
Harapan Recovery
Weekly ditutup bullish, juga terbantu oleh pernyataan Trump yang memberi harapan bahwa tarif nantinya akan fleksibel. Hal ini masih perlu dibuktikan minggu depan. Jika konsisten, maka saham potensi naik di atas 20000 kembali, dan diharapkan bertahan di atas 20150. Sebaliknya jika tidak, maka waspada 19400 tembus!
Resistance : 20000, 20500, 21300
Support : 19500, 19000, 18600
Outlook : Bullish
DOW JONES
Fleksibilitas Trump Bantu Kenaikan?
Candle Weekly ditutup bullish dan potensi double top yang sebelumnya konfirm tembus neckline tampaknya bisa saja tergerus jika kenaikan minggu depan berlanjut di atas 42700. Hal ini didukung dengan pernyataan Trump di hari Jumat bahwa kebijakan tarifnya akan fleksibel. Jika memang konsisten, maka kenaikan di atas 43000 bisa diharapkan. Jika sebaliknya, maka waspada support 41247!
Resistance : 42700, 43000, 43500
Support : 41960, 41247, 40947
Outlook : Bullish
Disclaimer:
Seluruh pernyataan dan ekspresi yang disampaikan sebagai prakiraan dan analisa adalah semata-mata bertujuan informatif dan tidak dimaksudkan sebagai nasihat investasi. Pendapat yang disampaikan dapat berubah tanpa pemberitahuan. Pasar Valuta Asing, Kontrak Berjangka, Komoditi & CFD (Contract For Difference) bersifat volatile dan berisiko tinggi.