Dolar sedikit pulih setelah beberapa hari terakhir terus melemah terhadap mata uang lainnya seiring dengan sedikit optimisme akan terjadinya perundingan dagang antara AS dengan China. Dan didukung oleh rebound di bursa saham karena laporan keuangan sejumlah emiten blue chip yang lebih baik dari perkiraan. Sementara isu seputar usaha Presiden Trump untuk melengserkan Jerome Powell dari posisi jabatan Ketua Fed semakin santer. Tindakan yang akan mempengaruhi kepercayaan dunia keuangan terhadap independensi Fed di masa depan. Trump sudah sejak lama menginginkan suku bunga rendah bahkan sejak menjadi Presiden pada periode pertamanya dahulu. Trump mengkritik langkah yang diambil oleh Powell dengan menyebutnya sebagai "pecundang besar" dan menuntut Fed untuk segera menurunkan suku bunga. Seperti diketahui Fed baru memangkas suku bunga acuannya sebanyak 3 kali mulai September dan berhenti di bulan Desember tahun lalu. Sejak itu Fed belum melanjutkan pemangkasan bertepatan dengan dimulainya periode kedua masa kepemimpinan Trump sebagai Presiden untuk kedua kalinya. Penurunan suku bunga acuan diharapkan akan sangat membantu perusahaan dalam membayar hutang dan menekan harga jual sehingga diharapkan dapat memicu kembali serta meningkatkan aktifitas ekonomi. Dengan demikian akan mengurangi beban dari agenda kenaikan tarif impor AS yang dilancarkan oleh AS terhadap mitra dagangnya. Namun langkah ini direspon negatif oleh pasar karena dianggap mencederai kepercayaan pasar akan independensi Federal Reserve dan campur tangan politik ini akan terus membayangi keputusan Fed di masa yang akan datang. Atas kemungkinan hilangnya kepercayaan ini membuat investor mengalihkan investasi di AS menjadi aset safe haven mulai dari Swiss Franc, Yen dan komoditas Emas. Kekhawatiran yang sama juga dirasakan oleh pejabat Fed sendiri dengan Gubernur Fed Chicago – Austan Goolsbee mengatakan independensi Fed dalam memerangi inflasi amat sangat kritis sehingga mengharapkan AS tidak beralih membatasi independensi Fed untuk memutuskan kebijakan moneter dan bebas dari tekanan politik sama sekali. Soal inflasi, Goolsbee mengatakan jangka pendek ekspektasi inflasi cenderung naik, namun yang lebih penting adalah untuk jangka panjang diharapkan tidak naik lagi. Gubernur Fed Mineapolis – Neel Kashkari dalam pidato semalam juga menekankan pentingnya independensi Fed untuk memberikan keputusan moneter yang tepat pada ekonomi. Sementara itu perang dagang dengan China semakin memanas dengan AS pada akhirnya menaikkan kenaikan tarif impor sebanyak 245%. Pihak China sendiri masih terus menyatakan sikap siap berperang dan tidak akan menyerah hingga akhir. Terlebih setelah Wakil Presiden - JD Vance menyebut China sebagai orang udik yang berkonotasi terbelakang secara ekonomi. China mengkritisi ucapan tersebut karena dianggap menghina martabat China dan meminta AS untuk menunjukkan sikap saling menghormati. Kabar terakhir dari Menteri Keuangan - Scott Bessent dalam pertemuan tertutup masih yakin bahwa perang dagang dengan China masih bisa diredakan walau perlu usaha yang lebih keras karena belum ada tanda-tanda akan dimulainya perundingan antara keduanya. Sedangkan data ekonomi berupa indeks manufaktur di negara bagian Richmond relatif masih menurun dari -4 menjadi -13 yang lebih buruk dari perkiraan turun -6. Hari ini ada data PMI di sektor manufaktur dan jasa.
Yen juga kembali terkoreksi terhadap dolar setelah sebelumnya sempat menembus di bawah level 141. Bank Sentral Jepang (BOJ) diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya dengan inflasi yang terus cenderung naik. Namun dengan adanya ketidakpastian akan kenaikan tarif impor dari AS membuat kenaikan tersebut sepertinya tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Pertemuan moneter BOJ terdekat dijadwalkan pada pekan depan tepatnya pada 1 Mei nanti. Dampak ekonomi global akibat kenaikan tarif impor AS masih belum bisa diprediksi, namun diperkiran tidak akan banyak mengganggu siklus kenaikan upah dan inflasi di Jepang. Pekan ini Perdana Menteri - Shigeru Ishiba dan Menteri Keuangan - Katsunobu Kato akan berada di AS untuk berunding dengan Presiden Trump dan Menteri Keuangan AS - Scott Bessent bersamaan dengan pertemuan Menteri Keuangan G20 disela-sela pertemuan musim semi IMF. Jepang sendiri sebenarnya bisa menggunakan obligasi untuk negosiasi, sebagai pemegang terbesar surat berharga AS tersebut yang mencapai lebih dari $1triliun. Namun Jepang tidak menggunakannya karena menghargai negosiasi harus berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak untuk menciptakan stabilitas baik bilateral maupun secara global. Jepang berencana akan membeli lebih banyak energi dari AS berupa LNG yang masih menjadi pertanyaan kemampuan AS dalam menghantarkannya. Dan melonggarkan aturan keamanan kendaraan yang selama ini menjadi kendala non-tarif bagi produk otomotif AS karena tidak memenuhi standar keamanan dan jalan di Jepang.
Euro juga sama mengalami koreksi terhadap dolar setelah sebelumnya sempat menembus level 1.15. Pekan lalu Bank Sental Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuan pada pertemuan moneter pekan lalu dari 2.65% menjadi 2.40%. Dengan suara bulat pejabat ECB memangkas suku bunga acuan untuk ke 7 kalinya sejak berakhirnya pandemi lalu. Dalam konferensi pers Presiden ECB - Christine Lagarde secara tegas mengatakan ECB masih akan memangkas suku bunga acuan berikutnya. Hal sama juga disampaikan oleh pejabat ECB lainnya pasca berakhirnya pertemuan moneter tersebut. Sementara negosiasi dagang dengan AS sepertinya akan berjalan lancar seiring dengan kenaikan tarif impor yang tidak sebanyak perkiraan pasar dan diharapkan tidak akan memperburuk kondisi ekonomi di kawasan ini. Kepercayaan Konsumen di kawasan ini juga memburuk seiring dengan kekhawatiran akan dampak kenaikan tarif impor AS. Hari ini ada data PMI di sektor manufaktur dan jasa.
Poundsterling juga ikut terkoreksi terhadap dolar meskipun kondisi ekonomi di Inggris mulai pulih dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Sedangkan tekanan inflasi mulai menurun yang merupakan kondisi ideal bagi Bank Sentral Inggris (BOE) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya. Ditambah dengan upah pekerja di Inggris juga masih cenderung meningkat sebanyak 3% dalam triwulan terakhir. Selain itu Inggris juga tidak terancam oleh kenaikan tarif impor AS kecuali di sektor otomobil. Hari ini ada data PMI di sektor manufaktur dan jasa serta pidato dari Gubernur BOE - Andrew Bailey.